Cek kembali alasan Anda membeli saham tersebut. Kemudian, cari tahu apakah fundamental perusahaan masih kuat? Apakah penurunan ini karena faktor eksternal atau isu internal perusahaan? Jika penurunan hanya akibat sentimen pasar, biasanya harga akan pulih seiring waktu.
2. Perkuat Diversifikasi Portofolio
Tips mengelola saham saat market memburuk berikutnya bisa dilakukan dengan memperkuat diversifikasi portofolio. Saat market bearish, saham-saham sektoral akan terdampak berbeda. Sektor teknologi mungkin anjlok, tapi sektor consumer goods atau healthcare biasanya akan tetap stabil.
Karena itu, jangan menaruh semua dana di satu sektor atau satu saham. Upayakan untuk memiliki campuran saham defensif dan agresif. Pertimbangkan menyisipkan emas atau reksa dana pasar uang sebagai stabilisator. Diversifikasi ini akan menyeimbangkan risiko saat satu sektor terpukul.
3. Gunakan Strategi Dollar Cost Averaging (DCA)
Membeli saham secara bertahap dalam interval waktu tertentu bisa mengurangi risiko beli di harga tertinggi. DCA cocok untuk menghadapi volatilitas tinggi. Tetapkan nominal rutin, misalnya Rp500 ribu per minggu untuk saham tertentu. Kemudian, fokus pada saham blue chip yang punya track record baik. Dengan strategi ini, Anda bisa memperoleh harga rata-rata lebih rendah saat market sedang lesu.
4. Jangan Gunakan Uang Panas
Salah satu kesalahan investor saat market turun adalah terpaksa menjual saham karena butuh uang tunai. Hal ini justru bisa membuat kerugian makin besar. Pastikan Anda sudah punya dana darurat minimal 3–6 bulan pengeluaran. Jangan gunakan dana pendidikan, tabungan darurat, atau uang utang untuk investasi saham. Sebaliknya, investasi harus dilakukan dengan uang yang siap "nganggur" dalam jangka waktu menengah hingga panjang.