IDXChannel – Saham emiten ritel PT ACE Hardware Indonesia Tbk (ACES) menggeliat dalam sepekan belakangan. Sentimen positif teranyar terkait potensi mulai pulihnya sektor ritel di akhir tahun hingga 2023 mendatang.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan Rabu (28/12), saham ACES melesat hingga 14,88 persen dalam kurun sebulan belakangan.
Bahkan, pada perdagangan Kamis (22/12), saham emiten ritel ini terkerek hingga 13,02 persen di level Rp486/saham. Sementara per hari ini, Rabu (28/12), saham ACES terapresiasi berada di level Rp494/saham.
Menguatnya saham ACES belakangan didukung kinerja keuangan perusahaan yang solid di kuartal IV-2022 seiring dengan pulihnya sektor ritel pasca pandemi.
Merujuk riset Samuel Sekuritas Indonesiayang bertajuk “Ace Hardware Indonesia: End of the Year Sale” yang dirilis pada Jumat (23/12), melesatnya kinerja keuangan ACES di periode ini terdongkrak dari potensi clearance sale (cuci gudang) di akhir tahun.
“Kami berharap melihat angka yang solid dari ACES pada proyeksi kuartal IV 2022, berkat clearance sale yang telah direncanakan pada akhir tahun dan faktor musiman (kuartal IV biasanya menjadi kuartal dengan penjualan terbaik ACES, dengan kuartal IV menyumbang 27,7% dari total penjualan tahunan ACES selama 5 tahun terakhir),” jelas analis Samuel.
“Kami meproyeksikan,” demikian mengutip Samuel Sekuritas, “ACES akan mencatatkan pendapatan dan laba bersih yang melesat di kuartal IV-2022 dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 16 persen dan 5,1 persen secara quarter on quarter (qoq),” tulis Samuel Sekuritas.
Senada dengan Samuel Sekuritas, riset BRI Danareksa Sekuritas pada Selasa (20/12) bertajuk “Ace Hardware Indonesia: Hoping for a Strong End to the Year” juga menyebutkan bahwa bulan Desember menjadi bulan dengan penjualan terkuat bagi ACES dalam kurun lima tahun belakangan.
“Kami percaya penjualan di bulan Desember akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penjualan dalam setahun penuh (full year/FY), mengingat data historis dalamlima tahun, yang bertumbuh di kisaran 10,3 persen hingga 11,9 persen dari penjualan FY,” tulis BRI Danareksa.
Selain ACES, terdapat emiten ritel lainnya juga mencatatkan kinerja yang menguat sepekan belakangan menjelang akhir tahun.
Melansir data BEI pada Rabu (28/12), emiten ritel tersebut adalah PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) yang kinerja sahamnya selama sepekan menguat 0,26 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Kendati dua emiten di atas menguat, saham beberapa emiten ritel lainnya justru masih terkontraksi sepanjang sepekan terakhir.
Adapun, saham PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) menjadi emiten ritel yang mencatatkan penurunan harga saham terdalam selama sepekan, yakni sebesar 4,76 persen.
Menyusul ECII, PT Mega Perintis Tbk (ZONE) juga mencatatkan harga saham yang terkontraksi hingga 3,20 persen dalam seminggu terakhir.
Selain emiten-emiten di atas, saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) turut melemah masing-masing sebesar 0,35 persen dan 0,88 persen dalam seminggu belakangan.
Sementara PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) menunjukkan kinerja saham sepekan yang stagnan, yakni berada di 0 persen.
Sektor Ritel Diramal Menguat di 2023
Kendati kinerja saham sebagian besar emiten ritel masih merosot pada sepekan terakhir di tahun 2022, sektor ini diramal bakal tetap menguat di tahun 2023.
Menurut hasil riset BRI Danareksa Sekuritas bertajuk “Retail: A Return to Normality” yang dirilis pada Kamis (15/12), di tahun 2023 ritel akan mengalami normalisasi pasca rebound pada 2022 setelah pandemi.
Adapun BRI Danareksa mengharapkan sektor ini dapat mencetak pertumbuhan normal pada 2023 dengan kenaikan penjualan yang mencapai 11,6 persen di tahun depan setelah mengalami rebound yang kuat di tahun 2022 karena longgarnya pembatasan mobilitas sejak Maret 2022.
“Kami memberikan rating overweightbagi sektor ini seiring dengan proyeksi pendapatan di 2023 yang akan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa,” tulis BRI Danareksa.
Adapun melesatnya pertumbuhan sektor ritel turut didukung oleh pertumbuhan topline hingga 11,6 secara tahunan (yoy) hingga pertumbuhan OPEX sebesar 12,7 persen karena tarif sewa yang lebih rendah dan upah minimum yang lebih tinggi sebesar 10 persen.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.