Abdul menjelaskan, tingginya rasio kecukupan investasi TUGU menjadi faktor yang penting dipertimbangkan tidak hanya para nasabah tetapi juga investor.
Meski kebijakan moneter sudah mulai dipangkas, Abdul melihat bahwa dengan likuiditas yang baik maka perusahaan asuransi bisa menjaga resiliensi di tengah berbagai tantangan ekonomi.
"Pada akhirnya perusahaan asuransi umum dengan kecukupan investasi yang tinggi seperti TUGU akan menarik nasabah karena mereka tidak perlu khawatir bahwa risiko mereka tidak tercover. Selain itu, ini juga bisa menjadi tesis investasi yang kuat bagi pemodal yang memiliki minat di sektor asuransi umum," ujar Abdul.
Memasuki musim rilis laporan keuangan, Abdul juga optimistis bahwa tren pertumbuhan kinerja konsolidasian TUGU akan berlanjut hingga kuartal III-2024 bahkan sampai akhir tahun.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan induk non-konsolidasian (tidak diaudit) per akhir September 2024, TUGU berhasil mencatatkan premi bruto senilai Rp4,4 triliun.