Felix Darmawan memberi contoh emiten yang terseret isu negatif tarif Trump adalah PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau dikenal sebagai Tugu Insurance. Harga saham TUGU pada perdagangan Selasa (8/4/2025) sempat anjlok 7,73 persen, sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga turun 7,9 persen.
Menurutnya, sebagai perusahaan Asuransi Umum, TUGU tidak melakukan ekspor termasuk ke AS. Emiten ini fokus menjalankan bisnis asuransi di dalam negeri dengan segmen terbesar adalah asuransi kebakaran dan properti.
"Asuransi ini fokus ke captive market yakni Pertamina sebagai induk usaha serta BUMN dan Non BUMN lainnya. Jadi pendapatannya diprediksi tidak akan terpengaruh oleh kebijakan tarif Trump," ujarnya.
Sebaliknya, kinerja keuangan TUGU pada 2025 masih akan tumbuh positif yang didorong oleh kenaikan penghimpunan premi. Hal ini sejalan dengan pedoman kinerja dari manajemen TUGU yang mengharapkan premi dapat tumbuh di kisaran 11,6 persen pada 2025.
Felix Darmawan menilai emiten TUGU tergolong memiliki harga yang relatif murah atau undervalue. Price to earning ratio (PER) TUGU pada saat ini berada pada 4,54x jauh lebih rendah dibandingkan IHSG yang berada di 15,1x.