"Kalau untuk tahun ini, kita kemarin sudah menjual sekitar 4 hektare. Itu dari perusahaan China, ada di sektor elektronik. Saat ini juga sedang berproses kemungkinan untuk kawasan industri Subang, cuma masih close ya untuk signing-nya," tutur Erlin.
"Kemungkinan tahun ini sama lah, sekitar 90 persen masih dari China. Karena kalau dilihat dari permintaan, hampir semua banyak dari China, sektor macam-macam. Untuk Subang ada dari pemain EV sudah nanya-nanya, tapi mereka tidak seperti BYD, bikin pabrik langsung jualan," ujarnya.
Erlin menambahkan, pada 2024, SSIA mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp6,25 triliun atau tumbuh sebesar 37,8 persen dari periode yang sama di 2023. Peningkatan ini dikontribusi dari 3 lini bisnis utama, yaitu konstruksi, properti, dan perhotelan.
Laba kotor perseroan sepanjang 2024 meningkat sebesar 32,5 persen (yoy) menjadi Rp1,75 triliun. EBITDA SSIA periode 2024 meningkat 44,9 persen (yoy) menjadi Rp1,05 triliun.