"Penurunan ini utamanya disebabkan oleh penurunan biaya terkait logistik dan asuransi seiring dengan terdampaknya penjualan komoditas nikel dan bauksit karena kendala perizinan di tahun 2024," ujarnya.
Dari sisi neraca, ANTM mencatat kenaikan aset dari Rp42,85 triliun di 2023 menjadi Rp44,52 triliun pada akhir 2024. Di periode yang sama, posisi ekuitas perseroan juga tumbuh 3 persen menjadi Rp32,2 triliun.
Di samping melunasi pinjaman investasi terjadwal, kata Syarif, perseroan juga mempercepat pelunasan pinjaman dengan total outstanding Rp1,68 triliun. Hal ini memberikan ruang tambahan leverage bagi Antam untuk menunjang pengembangan bisnis perusahaan ke depan.
(Rahmat Fiansyah)