sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Antisipasi Pemulihan Ekonomi China, Investor Borong Saham Barang Mewah Eropa

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
16/02/2024 16:39 WIB
Para investor dikabarkan berbondong-bondong mulai memborong saham-saham emiten barang-barang mewah Eropa dan sektor-sektor lain yang memiliki eksposur ke China.
Antisipasi Pemulihan Ekonomi China, Investor Borong Saham Barang Mewah Eropa. (Foto: MNC Media)
Antisipasi Pemulihan Ekonomi China, Investor Borong Saham Barang Mewah Eropa. (Foto: MNC Media)

Tindakan keras yang dilakukan oleh otoritas China selama bertahun-tahun terhadap sektor swasta, yang menargetkan beberapa perusahaan sukses terbesar di negara tersebut, seperti Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings, meninggalkan bekas luka bagi para pemilik bisnis yang merasa gelisah dalam berinvestasi atau merekrut pekerja.

Perekonomian China hanya tumbuh 5,2 persen tahun lalu, naik dari 3 persen tahun sebelumnya.

Dengan tidak adanya perubahan pendekatan stimulus oleh Beijing, Capital Economics memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini hanya akan mendekati 4,5 persen, kira-kira setengah dari tren jangka panjang China dibandingkan dekade-dekade sebelumnya.

Sebagian dari permasalahan China memang berasal dari sumber-sumber yang mendorong pertumbuhan pesat selama beberapa dekade terakhir. Setelah krisis keuangan global pada tahun 2008-2009, perekonomian China bangkit kembali ketika pihak berwenang mengeluarkan belanja besar-besaran untuk pembangunan infrastruktur dan properti.

Pihak berwenang juga baru-baru ini meningkatkan upaya untuk meningkatkan kepercayaan pasar, dengan intervensi pasar melalui lembaga keuangan yang berafiliasi dengan negara dengan mengucurkan dana ke pasar dan memperketat aktivitas short-selling.

Indeks CSI300 China telah anjlok 43 persen dari nilai tertinggi sepanjang masa tiga tahun lalu, namun baru-baru ini mulai meningkat setelah adanya intervensi dari Beijing. Meski demikian, investor internasional tetap sangat berhati-hati.

Dan pasar properti China yang menyumbang seperlima dari aktivitas perekonomian dan merupakan penyimpan kekayaan rumah tangga terbesar, sedang memasuki tahun keempat kontraksi.

Kondisi ini menyebabkan rumah tangga di beberapa kota di China mengalami penurunan harga properti sebanyak 30 persen.

Beijing tidak tinggal diam. Namun langkah-langkah yang diambil sejauh ini, seperti pemberian voucher kepada beberapa pembeli rumah di kota-kota tertentu, pemotongan suku bunga hipotek, dan pelonggaran pembiayaan bagi pengembang milik negara untuk menyelesaikan proyek-proyek yang belum selesai, belum cukup untuk memacu permintaan secara luas.

Pihak berwenang berupaya mengisi kesenjangan tersebut, dengan inisiatif “Tiga Proyek Besar” yang berfokus pada pembangunan perumahan yang terjangkau dan renovasi kawasan perkotaan.

China juga telah menyuntikkan dana ke dalam perekonomian, memberikan kredit baru hingga hampir sepertiga produk domestik bruto (PDB) yang sebagian besar diberikan kepada perusahaan-perusahaan milik negara.

Sementara itu, sentimen investor terhadap China memburuk. Beberapa investor telah memutuskan bahwa negeri ini tidak dapat dijadikan tujuan berinvestasi.

Alasannya beragam, mulai dari sikap geopolitik Xi Jinping yang lebih agresif, tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), semakin kurangnya transparansi, dan kekhawatiran akan meningkatnya pengawasan Kongres dan pihak lain terhadap investasi China. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement