Pada awalnya, para petani menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel untuk mengairi ladang mereka. Para petani harus pergi menggunakan kapal feri ke Pulau Kupang yang memakan waktu kurang lebih 4 jam dalam perjalanan pulang-pergi untuk membeli bensin.
Dengan adanya pembangkit listrik tenaga surya PV, mereka dapat menghemat biaya dan mengairi ladang secara berkelanjutan.
"Saya berharap TBS akan melanjutkan proyek budaya PV Agri setelah keberhasilan pilot ini dan mengembangkannya ke seluruh wilayah NTT dan Indonesia," ujar Luerssen.
Di lain pihak, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, mengatakan pompa irigasi bertenaga surya diharapkan dapat mengatasi kesulitan pengairan lahan pertanian, sehingga mendukung hasil panen yang lebih baik dan meningkatkan ekonomi lokal melalui penggunaan energi bersih.
"Harapan kami mudah-mudahan apa yang sudah kita lakukan saat ini bisa direplikasi, bisa diperbesar skalanya," ujar Andriah.