CBRE menggunakan sejumlah sumber pendanaan untuk membeli kapal tersebut, antara lain dari dana operasional dan fasilitas pendanaan dari pihak perbankan. Adapun transaksi ini masuk dalam kategori transaksi material lantaran melebihi tingkat ekuitas perseroan.
"Sebelumnya perseroan telah mengajukan fasilitas pembiayaan kepada bank senilai Rp200 miliar untuk membeli kapal, dan para pemegang saham telah menyetujui dalam RUPSLB pada 28 Juni lalu," tutur Suminto.
Sementara itu, data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan produksi batu bara dalam negeri sampai awal November mengalami kenaikan signifikan. Angka produksi telah mencapai 627,24 juta ton atau setara 90,32 persen dari rencana produksi pada 2023 sebanyak 649,50 juta ton.
Harga saham CBRE saat ini berada di level Rp50 per saham, dengan rasio PER di atas 15 kali. Suminto menilai berkah batu bara membuat performa bottomline atau laba bersih perseroan meningkat lebih cepat dibandingkan apresiasi pasar.
"CBRE memiliki prospek pertumbuhan yangn baik, terbukti laba bersih periode berjalan melesat 18 persen menjadi Rp8,14 miliar pada kuartal III (2023)," ujarnya.