IDXChannel - Bank sentral akan menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk menarik minat investor asing. Namun BI menegaskan instrumen tersebut bukan menjadi saingan Surat Berharga Negara (SBN), melainkan sebagai alternatif investasi.
"Ini tidak untuk saingan dengan SBN, ini alternatif, saling support," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto dalam Taklimat Media BI di Jakarta, Senin (28/8/2023).
Dia menyebut SRBI bisa mengisi kekosongan ketika penerbitan SBN oleh pemerintah mengalami penurunan. Instrumen ini sebagai pendukung untuk sisi investasi jika secara strategis, investasinya membutuhkan instrumen money market.
"Perkembangan global, kita melihat semua negara mengalami dampak dari strong dolar. Kami mencermati bahwa pada dasarnya, Indonesia masih cukup optimistis di nilai valas untuk berinvestasi," ujarnya.
Dia menjelaskan, instrumen SRBI ini juga memberikan ruang kepada asing supaya bisa menjadi alternatif instrumen investasinya. Dengan logika seperti itu, seharusnya SRBI memberikan matching bahwa Indonesia masih dinilai optimistis untuk berinvestasi di portofolio financial market.
"Artinya apa? Bahwa ini bisa memberikan ruang untuk support ke stabilitas nilai tukar rupiah. Kalau asing masuk (capital inflow), kan likuiditas valas akan lebih baik," ujar Edi.
Namun dia menegaskan bahwa dalam stabilitas nilai tukar rupiah, BI tetap menggunakan intervensi spot dan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) sebagai pilar utama.
"Keberadaan SRBI ini bisa support terhadap stabilitas nilai tukar karena dia menjadi instrumen alternatif dan sekaligus support terhadap pendalaman pasar uang, sehingga mempermudah bank dalam pendalaman pasar uang dalam pengelolaan likuiditas mereka," tutur Edi.
Adapun SRBI akan mulai diimplementasikan pada 15 September 2023. Pada tahap awal, SRBI akan diterbitkan pada tenor 6, 9 dan 12 bulan (setelmen T+0), dengan jadwal dan hasil lelang yang akan diumumkan di website BI.
(RNA)