Sementara, sang pendiri Tron Justin Sun juga didakwa dengan tuduhan manipulasi pasar dan melanggar undang-undang sekuritas.
Tindakan pengaturan, ditambah dengan penutupan beberapa bank ramah kripto pada bulan Maret, semakin memperburuk sentimen investor terhadap instrument investasi tersebut.
Sebelumnya, salah satu bank kripto terbesar Amerika Serikat (AS) Silvergate Capital (SI) dikabarkan akan menghentikan operasi dan melikuidasi banknya. Langkah ini dilakukan setelah jatuhnya pasar kripto di tahun lalu yang menyebabkan miliaran nasabah meninggalkan bank dalam beberapa bulan terakhir.
"Mengingat perkembangan industri dan peraturan baru-baru ini, Silvergate percaya bahwa penghentian operasi Bank secara tertib dan likuidasi sukarela Bank adalah jalan terbaik ke depan," kata bank asal La Jolla, California, AS, tersebut dalam keterangan resmi.
"Rencana penutupan dan likuidasi Bank mencakup pelunasan semua simpanan. Perusahaan juga mempertimbangkan cara terbaik untuk menyelesaikan klaim dan mempertahankan nilai sisa asetnya, termasuk teknologi eksklusif dan aset pajaknya," kata Silvergate.
Ini juga terjadi setelah kenaikan suku bunga dan serangkaian kebangkrutan bank-bank utama di AS yang menghapus sekitar 70% kapitalisasi pasar kripto sepanjang 2022.
Sebagai informasi, bursa kripto FTX sebelumnya mengalami kolaps pada awal November 2022 menyusul laporan oleh CoinDesk yang menyoroti potensi masalah leverage dan solvabilitas yang melibatkan firma perdagangan yang berafiliasi dengan FTX, Alameda Research.
Runtuhnya FTX mengguncang pasar kripto yang bergejolak, dan kehilangan miliaran dolar pada saat itu, jatuh di bawah valuasi USD1 triliun.
Bursa FTX juga menghadapi krisis likuiditas dan mencari dana talangan, di mana bursa pesaingnya, Binance, mempertimbangkan untuk membeli sebagian dari perusahaan namun akhirnya batal.
Menghadapi kondisi tersebut, CEO FTX, Sam Bankman-Fried terpaksa harus berhadapan dengan hukum. (ADF)