IDXChannel – Bursa saham Asia bergerak variatif pada Rabu (6/8/2025) di tengah pelemahan Wall Street setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lemah menyoroti dampak negatif tarif terhadap aktivitas ekonomi dan laba perusahaan.
Menurut data pasar, pukul 09.42 WIB, Indeks Nikkei 225 naik 0,59 persen dan Topix Jepang terkerek 1,10 persen.
Sentimen pasar diwarnai oleh data ekonomi AS yang lemah, memicu kekhawatiran stagflasi, serta ancaman perdagangan baru dari Presiden Donald Trump yang mengusulkan tarif hingga 250 persen untuk impor produk farmasi dan potensi bea masuk pada semikonduktor.
Di dalam Negeri Sakura, mengutip Trading Economics, data terbaru menunjukkan upah riil di Jepang kembali turun untuk bulan keenam berturut-turut pada Juni, karena laju inflasi terus melampaui kenaikan gaji. Hal ini menimbulkan kekhawatiran baru terkait daya beli konsumen.
Shanghai Composite juga naik tipis 0,08 persen dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,61 persen.
Berbeda, Hang Seng Hong Kong turun 0,33 persen, KOSPI Korea Selatan melemah 0,18 persen, dan STI Index Singapura tergerus 0,10 persen.
Sementara itu, indeks saham Wall Street melemah pada Selasa (5/8) seiring kekhawatiran terhadap kebijakan tarif dan data ekonomi AS yang di bawah ekspektasi, meski saham-saham di Eropa dan Asia berhasil mencatatkan kenaikan.
Melansir dari Reuters, aktivitas sektor jasa di AS secara tak terduga stagnan pada Juli, dengan pesanan baru nyaris tidak berubah dan penurunan lebih lanjut dalam ketenagakerjaan, bahkan ketika biaya input naik ke level tertinggi dalam hampir tiga tahun terakhir.
Kondisi ini menyoroti ketidakpastian dampak kebijakan tarif Presiden AS Trump terhadap dunia usaha.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS sempat menguat, namun memangkas kenaikan setelah data menunjukkan pelemahan aktivitas di sektor jasa. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,14 persen ke 44.111,74, S&P 500 melemah 0,49 persen ke 6.299,19, dan Nasdaq Composite berkurang 0,65 persen ke 20.916,55.
Investor juga mencermati pernyataan sejumlah perusahaan mengenai dampak tarif, termasuk Caterpillar yang memperkirakan potensi kerugian hingga USD1,5 miliar pada 2025.
Dolar AS cenderung stabil seiring meningkatnya spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mengambil langkah untuk menopang perekonomian terbesar dunia tersebut.
Pada Senin sebelumnya, saham-saham AS sempat menguat didorong laporan keuangan yang umumnya positif serta meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September, setelah data ketenagakerjaan pekan lalu mengecewakan. (Aldo Fernando)