sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bursa Asia Cenderung Melemah Jelang Akhir Pekan

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
10/10/2025 09:22 WIB
Bursa saham Asia menutup pekan dengan langkah gontai pada Jumat (10/10/2025), mengikuti pelemahan di Wall Street yang berlanjut hingga awal perdagangan kawasan.
Bursa Asia Cenderung Melemah Jelang Akhir Pekan. (Foto: Reuters)
Bursa Asia Cenderung Melemah Jelang Akhir Pekan. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa saham Asia menutup pekan dengan langkah gontai pada Jumat (10/10/2025), mengikuti pelemahan di Wall Street yang berlanjut hingga awal perdagangan kawasan.

Sementara itu, pasar komoditas mengambil jeda setelah reli tajam dalam beberapa waktu terakhir.

Secara keseluruhan, bursa regional masih berada di jalur menuju salah satu kinerja tahunan terbaik dalam satu dekade, melampaui kenaikan pasar saham Amerika Serikat.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang bergerak naik turun tipis, terakhir turun 0,2 persen, dengan kinerja mingguan yang masih seimbang, menyusul penurunan ringan di Wall Street sehari sebelumnya.

Bursa Hong Kong turun paling dalam, melemah 1,1 persen, Nikkei merosot 0,91 persen, STI Singapura melemah 0,35 persen sedangkan pasar saham Australia turun 0,1 persen di tengah volatilitas pasar komoditas.

Di Korea Selatan, indeks KOSPI melonjak 1,7 persen, memperpanjang reli sebagai indeks dengan kinerja terbaik di kawasan.

Mengutip Reuters, paket kebijakan ekonomi dan tarif Presiden Donald Trump mendorong lonjakan pesanan di kawasan ini untuk memenuhi permintaan tinggi terhadap perangkat keras teknologi yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI).

Kepala riset Pepperstone Group Ltd di Melbourne, Chris Weston, mengatakan bahwa sesi perdagangan di AS menjadi titik ketika sejumlah transaksi dengan momentum tinggi dan peminat besar seperti emas, perak, kripto, dan sebagian besar saham S&P 500 akhirnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Futures saham AS mulai menemukan titik dasar di sesi Asia menjelang dimulainya musim laporan keuangan kuartal ketiga di Wall Street pekan depan.

Kontrak berjangka S&P 500 e-minis naik 0,2 persen, sementara indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, bertahan di dekat level tertinggi dua bulan di 99,37.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun ke 4,1384 persen dibandingkan penutupan 4,148 persen pada Kamis.

Ekspektasi pelaku pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneter pada pertemuan 29 Oktober tetap kuat, dengan Fed funds futures mencatat peluang 94,1 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, menurut alat FedWatch milik CME Group.

Indeks Nikkei Jepang melemah, mundur setelah reli tajam sepanjang pekan ini, termasuk pada Kamis ketika indeks tersebut mencetak rekor penutupan tertinggi. Data pada Jumat pagi menunjukkan harga grosir naik 2,7 persen secara tahunan hingga September, menandakan tekanan biaya yang masih bertahan dan membuat pasar bersiap menghadapi kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan pada pertemuan 30 Oktober.

Dolar AS melemah 0,1 persen terhadap yen ke level 152,96, mendekati titik terlemah bagi mata uang Jepang sejak Februari.

Pelemahan ini terjadi setelah pemimpin partai berkuasa yang baru, Sanae Takaichi, menyatakan pada Kamis bahwa kebijakan moneter ditentukan oleh bank sentral, namun setiap keputusannya harus sejalan dengan tujuan pemerintah.

Namun, para pelaku pasar menilai janji Takaichi untuk memperkuat pengaruh pemerintah atas bank sentral kemungkinan diuji oleh lemahnya yen dan dinamika politik dalam negeri.

“Pasar memperkirakan pemerintah Jepang mengadopsi kebijakan fiskal ekspansif,” tulis analis Bank of America dalam laporan risetnya.

Namun, kata mereka, masih ada ketidakpastian besar terkait detail kebijakan yang sedang dibahas, serta seberapa besar ekspansi fiskal yang akan dilakukan.

Saham-saham China ikut tertekan setelah ETF yang melacak saham berkapitalisasi besar di Wall Street turun semalam.

Beijing memperluas kontrol ekspor logam tanah jarang pada Kamis, memperketat cengkeraman terhadap sektor strategis ini menjelang pertemuan Presiden Trump dan Xi Jinping. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement