sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bursa Asia Cenderung Menguat, Ikuti Kenaikan di Wall Street

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
18/07/2025 09:34 WIB
Bursa saham Asia menguat mengikuti pergerakan Wall Street pada Jumat (18/7/2025), didorong oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih kuat.
Bursa Asia Cenderung Menguat, Ikuti Kenaikan di Wall Street. (Foto: Reuters)
Bursa Asia Cenderung Menguat, Ikuti Kenaikan di Wall Street. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa saham Asia menguat mengikuti pergerakan Wall Street pada Jumat (18/7/2025), didorong oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih kuat serta laporan laba korporasi yang solid, meski kekhawatiran soal tarif tetap membayangi.

Pada perdagangan Kamis malam, indeks S&P 500 dan Nasdaq kembali mencetak rekor penutupan baru setelah data ekonomi AS—termasuk penjualan ritel dan klaim tunjangan pengangguran—melampaui proyeksi, mengindikasikan perbaikan ekonomi yang moderat. Kondisi ini memberi waktu bagi Federal Reserve (The Fed) untuk menilai dampak inflasi akibat tarif baru AS.

Mengutip Reuters, perusahaan streaming Netflix mencatatkan laba kuartal kedua yang melampaui ekspektasi tinggi Wall Street, sebagian berkat pelemahan dolar AS. Namun, harga sahamnya turun 1,8 persen dalam perdagangan setelah jam bursa karena analis menilai sebagian besar pertumbuhan sudah diperhitungkan sebelumnya oleh pasar.

Pada Jumat, indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,8 persen, mencapai level tertinggi sejak akhir 2021 dan mencatatkan kenaikan mingguan sebesar 1,7 persen.

Shanghai Composite mendaki 0,42 persen, Hang Seng terkerek 1,10 persne, ASX 200 Australia tumbuh 1,00 persen, dan STI Singapura terangkat 0,42 persen.

Namun, indeks Nikkei Jepang justru melemah 0,2 persen. Yen juga tertekan ke posisi 148,54 per dolar, turun sekitar 0,7 persen sepanjang pekan ini setelah survei menunjukkan koalisi Perdana Menteri Shigeru Ishiba berisiko kehilangan mayoritas dalam pemilu hari Minggu.

Data pada Jumat menunjukkan inflasi inti Jepang melambat pada Juni karena adanya pemotongan sementara tagihan listrik, meski masih berada di atas target 2 persen dari bank sentral. Biaya hidup yang meningkat, termasuk lonjakan harga beras, turut menekan popularitas Ishiba.

"Jika Perdana Menteri Ishiba memutuskan mundur akibat kekalahan pemilu, USDJPY bisa dengan mudah menembus level 149,7 karena hal itu akan memicu ketidakstabilan politik awal," kata kepala strategi valas di TD Securities, Jayati Bharadwaj.

"Sebaliknya, yen berpeluang menguat tajam kembali jika koalisi berkuasa menang dan bisa segera menjalin kesepakatan dagang dengan Trump," imbuh dia.

Saham TSMC yang tercatat di Taipei naik 2,2 persen setelah mencatat laba kuartalan tertinggi sepanjang masa pada Kamis. Namun, perusahaan menyebut pendapatan ke depan bisa terdampak oleh tarif AS.

Di pasar valuta asing, dolar AS kembali melemah pada Jumat, meski sempat naik 0,3 persen terhadap mata uang utama semalam berkat data ekonomi yang kuat. Dalam sepekan, dolar mencatatkan penguatan kedua berturut-turut sebesar 0,6 persen, bangkit dari posisi terendah dalam 3,5 tahun yang terjadi dua pekan lalu.

Gubernur The Fed Christopher Waller pada Kamis mengatakan bahwa ia masih meyakini pemangkasan suku bunga sebaiknya dilakukan pada akhir bulan ini. Namun, sebagian besar pejabat The Fed yang telah berbicara di depan publik sejauh ini belum memberi sinyal untuk bergerak.

Kontrak berjangka suku bunga The Fed menunjukkan hampir tidak ada peluang pemangkasan pada pertemuan 30 Juli, sementara peluang pemangkasan pada September diperkirakan sekitar 62 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS sedikit turun di Asia. Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melemah 2 basis poin menjadi 4,445 persen. Imbal hasil tenor dua tahun juga turun 2 basis poin menjadi 3,8981 persen. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement