sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bursa Asia Condong Melemah seiring Memanasnya Konflik di Timur Tengah

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
02/10/2024 09:36 WIB
Bursa saham Asia cenderung terkoreksi di awal perdagangan Rabu (2/10/2024), mengikuti penurunan di Wall Street semalam.
Bursa Asia Condong Melemah seiring Memanasnya Konflik di Timur Tengah. (Foto: Reuters)
Bursa Asia Condong Melemah seiring Memanasnya Konflik di Timur Tengah. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung terkoreksi di awal perdagangan Rabu (2/10/2024), mengikuti penurunan di Wall Street semalam.

Hal tersebut setelah serangan rudal balistik Iran ke Israel memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas.

Menurut data pasar, pukul 09.28 WIB, indeks saham Asia-Pasifik MSCI turun sekitar 0,5 persen.

Kemudian, indeks Nikkei 225 Jepang merosot 1,72 persen dan KOSPI Korea Selatan turun 0,36 persen.

Dari dalam negeri Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut terdepresiasi, yakni sebesar 0,63 persen.

Berbeda, Straits Times Singapura naik 0,21 persen, bersama dengan ASX 200 Australia yang tumbuh tipis 0,01 persen.

Pasar saham Hong Kong, Hang Seng, belum dibuka setelah libur pada Selasa. Pasar saham China daratan ditutup sepanjang pekan untuk memperingati libur nasional Golden Week, dan perdagangan di Taiwan ditangguhkan karena topan.

Investor beralih ke aset yang lebih aman, menyebabkan imbal hasil obligasi AS turun selama perdagangan di Asia, sementara harga emas mendekati rekor tertinggi.

Faktor makroekonomi juga mendukung dolar di tengah pasar tenaga kerja AS yang tangguh memperkecil peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada November, sedangkan tren inflasi zona euro mendukung pelonggaran kebijakan Bank Sentral Eropa bulan ini.

Futures indeks S&P 500 AS turun 0,16 persen pagi ini.

"Dalam rantai kejutan volatilitas pasar, geopolitik biasanya mengalahkan ekonomi, laporan laba perusahaan, atau respons bank sentral—karena kebanyakan pelaku pasar kurang mahir dalam menilai risiko di sekitar peristiwa ini," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone.

"Meski biasanya peristiwa seperti ini akhirnya berujung positif bagi pasar, risiko ekstrem yang ditimbulkannya jelas signifikan," ujar Weston.

"Situasi masih terus berubah, dan sedikit saja ketegangan yang mereda atau meningkat dalam retorika dari Israel atau Iran dapat berdampak besar pada sentimen pasar."

Iran mengatakan pada Rabu (2/10), serangan misil mereka terhadap Israel sudah berakhir kecuali ada provokasi lebih lanjut, meskipun Israel dan AS berjanji akan melakukan balasan.

Sementara itu, data ekonomi AS semalam menunjukkan ekonomi yang kuat, sehari setelah Ketua The Fed Jerome Powell menepis kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin saat bank sentral AS tersebut bertemu bulan depan.

Pembukaan lowongan pekerjaan secara tak terduga meningkat pada Agustus setelah dua bulan berturut-turut mengalami penurunan, tetapi angka perekrutan tetap lemah, sejalan dengan pasar tenaga kerja yang melambat.

Data payroll swasta akan dirilis pada Rabu, disusul laporan penting tentang non-farm payrolls (NFP) AS pada Jumat.

Politik AS juga menjadi sorotan, dengan debat calon wakil presiden antara Demokrat Tim Walz dan Republikan JD Vance yang dijadwalkan pada Rabu waktu setempat. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement