sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bursa Asia Melemah, Fokus Tertuju pada Data Ketenagakerjaan dan RUU Pajak Trump

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
03/07/2025 09:52 WIB
ursa saham Asia melemah pada Kamis (3/7/2025), seiring investor bersiap menghadapi rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS).
Bursa Asia Melemah, Fokus Tertuju pada Data Ketenagakerjaan dan RUU Pajak Trump. (Foto: Freepik)
Bursa Asia Melemah, Fokus Tertuju pada Data Ketenagakerjaan dan RUU Pajak Trump. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Bursa saham Asia melemah pada Kamis (3/7/2025), seiring investor bersiap menghadapi rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang dapat menjadi dasar bagi Federal Reserve (The Fed) untuk segera memangkas suku bunga.

Pasar juga mencermati pembahasan rancangan undang-undang (RUU) pajak dan belanja besar-besaran di Kongres AS (Amerika Serikat).

Wall Street ditutup menguat dan mencetak rekor tertinggi baru pada perdagangan sebelumnya, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tercapainya kesepakatan dagang dengan Vietnam, termasuk penerapan tarif 20 persen atas ekspor ke AS.

Kesepakatan ini memicu harapan akan munculnya lebih banyak perjanjian dagang, termasuk yang sedang dinegosiasikan dengan India.

Hingga pukul 09.37 WIB, indeks Nikkei Jepang turun 0,13 persen, sedangkan Topix terkoreksi 0,22 persen.

Shanghai Composite juga berkurang 0,11 persen dan Hang Seng Hong Kong melemah 1,08 persen setelah data menunjukkan bahwa aktivitas sektor jasa China pada Juni tumbuh paling lambat dalam sembilan bulan terakhir.

ASX 200 Australia juga terdepresiasi 0,63 persen dan STI Singapura turun tipis 0,01 persen.

Kontrak berjangka indeks Nasdaq dan S&P 500 nyaris tidak bergerak di sesi Asia.

Mengutip Reuters, investor juga menunggu hasil pemungutan suara di DPR AS atas RUU pajak dan belanja Trump. RUU tersebut diperkirakan menambah utang negara sebesar USD3,3 triliun, memangkas pajak, serta mengurangi berbagai program jaring pengaman sosial.

Fokus utama pasar adalah laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis malam nanti. Analis memperkirakan adanya tambahan 110.000 lapangan kerja pada Juni dengan tingkat pengangguran naik tipis menjadi 4,3 persen.

Namun, ekspektasi ini berada di bawah bayang-bayang laporan sektor swasta yang sebelumnya mengejutkan dengan penurunan pertama dalam lebih dari dua tahun.

Kekuatan pasar tenaga kerja menjadi alasan utama mengapa mayoritas pejabat The Fed merasa belum perlu segera memangkas suku bunga, sembari menunggu dampak nyata tarif terhadap inflasi.

“Indikator pasar tenaga kerja ini menunjukkan risiko bahwa tingkat pengangguran bisa melonjak ke 4,4 persen, tertinggi sejak Oktober 2021,” ujar analis IG, Tony Sycamore.

“Hal ini bisa langsung meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada Juli menjadi sekitar 70 persen,” imbuhnya.

Saat ini, kontrak berjangka hanya mencerminkan peluang sebesar 25 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga bulan ini. Sepanjang tahun ini, The Fed belum pernah melonggarkan kebijakan moneternya, sebuah keputusan yang terus dikritik oleh Trump. Pada Rabu, Trump kembali menyerukan agar Ketua The Fed Jerome Powell mengundurkan diri.

Pasar obligasi pemerintah AS juga berada dalam posisi hati-hati menjelang rilis data. Laporan ketenagakerjaan yang lemah bisa menekan imbal hasil obligasi lebih dalam. Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun 2 basis poin menjadi 4,265 persen, sedangkan imbal hasil obligasi dua tahun melemah 2 basis poin ke level 3,77 persen.

Dolar AS kembali berada di bawah tekanan meskipun sempat mendapat sentimen positif pada perdagangan sebelumnya. Kekhawatiran pasar terhadap independensi The Fed usai kritik Trump membuat indeks dolar (DXY) jatuh ke posisi terendah dalam lebih dari tiga tahun terhadap mata uang utama lainnya.

Trump, yang sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari terus mendesak suku bunga dipangkas ke level 1 persen dari kisaran saat ini 4,25 persen hingga 4,50 persen, secara terbuka mengecam Powell karena belum menurunkan biaya pinjaman. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement