IDXChannel – Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Jumat (15/8/2025) di tengah Wall Street Amerika Serikat (AS) yang cenderung mendatar.
Berdasarkan data pasar, pukul 08.57 WIB, Indeks Nikkei Jepang menguat pada Jumat, menutup pekan ketika indeks acuan tersebut mencetak rekor tertinggi, didukung pelemahan yen dan data yang menunjukkan perekonomian Negeri Sakura lebih tangguh dari perkiraan.
Indeks Nikkei 225 naik 0,70 persen, setelah sempat menembus rekor sepanjang masa di 43.451,46 awal pekan ini. Indeks Topix yang lebih luas menguat hampir 1 persen. Pelemahan yen semalam menopang saham eksportir.
Sementara, data Jumat menunjukkan ekonomi Jepang tumbuh 1 persen secara tahunan pada kuartal April–Juni, melampaui perkiraan. Analis memperkirakan dampak penuh tarif AS terhadap pertumbuhan baru terasa kemudian.
Strategis Nomura Securities, Wataru Akiyama, menilai, kenaikan imbal hasil obligasi AS dan pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Kamis bahwa Bank of Japan (BOJ) kemungkinan akan menaikkan suku bunga menjadi pendorong bagi saham sektor keuangan.
“Ekspektasi kinerja yang membaik akibat kenaikan suku bunga domestik menjadi angin penopang, sehingga mendorong kenaikan cukup besar pada saham perbankan dan asuransi hari ini,” kata Akiyama, dikutip Reuters.
Sektor perbankan menjadi penguat terbesar di Topix, dengan subindeks perbankan naik 4,1 persen ke level tertinggi sejak Agustus 2006. Saham Mitsubishi UFJ Financial Group melonjak 5,7 persen, mencatat kenaikan selama delapan sesi beruntun dan menyentuh rekor tertinggi.
Shanghai Composite juga mendaki 0,13 persen, ASX 200 Australia tumbuh 0,09 persen, CSI 300 China 0,07 persen, dan KOSPI Korea Selatan 0,04 persen.
Berbeda, STI Index melemah 0,55 persen dan Hang Seng Hong Kong minus 0,74 persen.
Di Wall Street, indeks utama bervariasi pada Kamis. S&P 500 menguat tipis dan mencetak rekor penutupan baru, sementara Dow Jones dan Nasdaq nyaris tak bergerak, setelah laporan harga produsen yang lebih panas dari perkiraan mengurangi harapan pemangkasan suku bunga.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan harga produsen naik tertinggi dalam tiga tahun pada Juli, terdorong lonjakan biaya barang dan jasa, mengindikasikan potensi kenaikan inflasi secara luas.
Pelaku pasar memangkas ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) untuk sisa tahun ini menjadi sekitar 56,7 basis poin, dari sekitar 63 basis poin sebelum laporan tersebut, menurut data LSEG. Namun, pasar masih sepenuhnya memperhitungkan pemangkasan seperempat poin pada September.
“Implikasinya, The Fed kemungkinan memberikan pemangkasan 25 basis poin pada September. Namun, itu akan menjadi pemangkasan bernada hawkish. Masih terlalu dini bagi The Fed untuk memberi sinyal ke pasar bahwa siklus pelonggaran akan berlangsung lama,” kata Strategis Valas dan Suku Bunga Global di Macquarie Group, Thierry Wizman.
“Hal penting berikutnya adalah data Indeks Harga Pengeluaran akhir bulan ini. Jika ada sinyal inflasi meluas di sektor jasa, pasar akan bereaksi negatif,” imbuhnya.
Laporan terpisah pada Kamis menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran baru turun pada pekan lalu.
Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 11,01 poin atau 0,02 persen ke 44.911,26. S&P 500 naik 1,96 poin atau 0,03 persen ke 6.468,54--rekor penutupan baru--dan Nasdaq Composite turun 2,47 poin atau 0,01 persen ke 21.710,67. Pada Kamis, tujuh dari 11 sektor S&P 500 melemah.
Data terbaru yang mencerminkan pelemahan pasar tenaga kerja dan kenaikan moderat harga konsumen sempat menguatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga bulan depan.
Namun, laporan Kamis memicu kekhawatiran bahwa tarif AS atas impor dapat mulai menekan harga dalam beberapa bulan mendatang dan meredam reli bursa AS yang telah membawa S&P 500 dan Nasdaq mencatat rekor selama dua sesi sebelumnya. (Aldo Fernando)