sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bursa Asia Menguat, Tersengat Hijaunya Wall Street

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
10/09/2024 09:04 WIB
Bursa saham Asia condong menguat di awal perdagangan Selasa (10/9/2024), mengikuti penguatan bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) semalam.
Bursa Asia Menguat, Tersengat Hijaunya Wall Street. (Foto: Reuters)
Bursa Asia Menguat, Tersengat Hijaunya Wall Street. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia condong menguat di awal perdagangan Selasa (10/9/2024), mengikuti penguatan bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) semalam.

Menurut data pasar, pukul 08.55 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,60 persen, menghapus kerugian dari hari sebelumnya.

Investor kini menantikan pemotongan suku bunga pertama oleh bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan terjadi akhir bulan ini.

Saham domestik Jepang juga mendapat dukungan dari pelemahan yen, meredakan kekhawatiran tentang pembalikan lebih lanjut dari carry trade yang populer.

Sementara, pertumbuhan ekonomi yang solid, kenaikan upah, dan tekanan inflasi yang terus berlanjut mendukung spekulasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan kembali menaikkan suku bunga sebelum akhir 2024.

Selain Nikkei 225, indeks Hang Seng Hong Kong juga naik 0,08 persen, Straits Times Singapura tumbuh 0,42 persen, Kospi Korea Selatan terapresiasi 0,12 persen, dan ASX 200 Australia meningkat 0,70 persen.

Berbeda, Shanghai Composite Index malah memerah 0,12 persen.

Wall Street Hijau

Indeks saham utama AS ditutup lebih tinggi pada Senin waktu setempat seiring pasar mencermati survei ekspektasi inflasi konsumen dan menantikan data pertumbuhan harga resmi yang akan dirilis akhir pekan ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite masing-masing naik 1,2 persen.

Dow ditutup pada 40.829,6, sedangkan S&P 500 mencapai 5.471,1. Nasdaq mengakhiri sesi perdagangan di 16.884,6.

Mengutip MT Newswires, Senin (9/9), ekspektasi inflasi konsumen AS pulih untuk jangka menengah di bulan Agustus, sementara proyeksi untuk satu dan lima tahun ke depan tetap datar, menurut Federal Reserve Bank of New York.

“Prospek pasar tenaga kerja beragam, tetapi sebagian besar stabil," menurut cabang The Fed tersebut.

Data pemerintah yang akan dirilis pada Rabu diperkirakan menunjukkan inflasi konsumen AS naik 0,2 persen secara bulanan (mom) dan 2,6 persen secara tahunan (yoy)bulan lalu, menurut konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg. Laporan resmi harga produsen untuk bulan Agustus dijadwalkan akan dirilis pada Kamis.

Pada Jumat (6/9) pekan lalu, data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan, ekonomi AS menambahkan lebih sedikit pekerjaan dari yang diproyeksikan pada Agustus, meskipun tingkat pengangguran sedikit menurun.

"Pertumbuhan perekrutan yang lebih lemah dari perkiraan, ditambah dengan tidak adanya momentum kenaikan inflasi bulan lalu, tampaknya memperkuat komitmen The Fed untuk pemotongan suku bunga putaran pertama pada akhir bulan ini," kata Stifel dalam catatan kepada klien pada Senin (9/9).

"Namun, kurangnya momentum penurunan yang berarti dalam tekanan harga, ditambah dengan penurunan tingkat pengangguran dan kenaikan upah yang lebih kuat, tampaknya menghilangkan kebutuhan respons kebijakan yang lebih agresif dalam bentuk pemotongan suku bunga yang lebih besar atau jalur yang lebih cepat,” ujarnya.

Probabilitas pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pekan depan naik menjadi 71 persen pada Senin dari 70 persen pada Jumat. Sementara, kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih agresif sebesar 50 basis poin turun menjadi 29 persen dari 30 persen, menurut alat CME FedWatch.

Imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun naik 2,7 basis poin menjadi 3,68 persen pada Senin, sedangkan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun satu basis poin menjadi 3,7 persen. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement