Adapun saham-saham telah merosot selama berminggu-minggu karena ketidakpastian tentang arah ekonomi AS. Perang dagang antara AS dan mitra dagang utamanya mengancam akan memperburuk inflasi dan merugikan konsumen dan bisnis.
“Inflasi tetap jauh di atas target Federal Reserve sebesar 2 persen dan tarif dapat merugikan upaya bank sentral untuk meredakan laju inflasi,” seperti dikutip dari The AP News pada Sabtu (22/3).
Lebih lanjut, The Fed memangkas suku bunga hingga akhir tahun lalu di tengah penurunan tingkat inflasi yang konsisten, tetapi sejauh ini tetap stabil pada 2025. Suku bunga yang lebih rendah dapat memperkuat ekonomi, tetapi juga dapat mendorong inflasi lebih tinggi.
Ketua Fed Jerome Powell telah mengakui bahwa ekonomi tetap solid, tetapi menekankan bahwa ketidakpastian membuat perkiraan menjadi sulit.
“Dengan Ketua Fed Powell mengakui bahwa dampak tarif pada kepercayaan konsumen, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi masih belum diketahui, kita mungkin berada dalam pola bertahan di bawah air ini hingga setelah 2 April,” kata Kepala Strategi Investasi di CFRA Sam Stovall.
(kunthi fahmar sandy)