IDXChannel - Pasar saham Tanah Air dibayangi oleh sejumlah sentimen negatif, baik dari dalam maupun luar negeri, menjelang musim laporan keuangan semester I-2025.
Pelemahan data makroekonomi serta potensi tekanan dari agenda rebalancing indeks global menjadi perhatian utama pelaku pasar.
Hingga 23 Juli 2025 pukul 12.30 WIB, baru sebanyak 31 dari total lebih dari 950 emiten yang telah melaporkan kinerja keuangan semester I-2025. Baru dimulainya musim laporan keuangan membuat pelaku pasar masih menanti kejelasan arah kinerja emiten di tengah bayang-bayang tekanan di level makro.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai kondisi makroekonomi Indonesia saat ini menunjukkan pelemahan yang seharusnya mendorong investor untuk lebih realistis dalam memandang kinerja emiten sepanjang paruh pertama tahun ini.
“Jika kita melihat data umum dari Indeks PMI Manufaktur (Purchasing Managers' Index) dan PDB, Indonesia mengalami pelemahan di bawah konsensus,” ujar Michael, Rabu (30/7/2025).
Ia merinci, “PMI terkontraksi di kuartal I-2025 dan II-2025, masing-masing sebesar 51 dan 47. Kemudian pertumbuhan PDB di angka 4,8 persen.”
Dengan kondisi tersebut, menurutnya, “Investor perlu menurunkan ekspektasi terhadap laporan keuangan semester I-2025.”
Lebih lanjut, Michael juga mengingatkan sejumlah faktor global yang bisa menekan arus modal masuk ke pasar saham domestik.
“Saat ini investor perlu memperhatikan suku bunga AS, pelemahan ekonomi China, dan risiko inflasi yang dapat menekan capital inflow bahkan di semester II-2025,” imbuh Michael.
Ia juga menyoroti agenda penting yang akan terjadi bulan depan. “Dan di Agustus akan ada rebalancing MSCI. Berdasarkan metode market cap dan weighting mereka, bisa dipastikan akan ada outflow lanjutan untuk saham-saham bluechip, terutama perbankan,” ujar Michael.
Namun di balik tekanan tersebut, ia melihat potensi titik balik. “Hal ini justru bisa menjadi titik bottom untuk sektor perbankan pada hari rebalancing, yaitu 27 Agustus,” katanya.
Michael juga menyoroti potensi dari saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) milik konglomerat Prajogo Pangestu. “Jika bisa mempertahankan area 1.500 ke atas setelah stock split, CUAN akan masuk ke dalam indeks MSCI Standard,” demikian Michael menutup analisisnya. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.