Inflasi yang masih di atap langit tersebut membuat Jerome Powell dkk masih akan terus bersikap ‘galak’ ke depan.
Bahkan, menjawab pertanyaan Senator dari Partai Demokrat, Elizabeth Warren, dalam pertemuan di Washington, Rabu (22/6), sang Ketua The Fed tersebut mengakui , potensi resesi sangat memungkinkan untuk dapat terjadi pada kondisi saat ini.
Namun, Powell juga menekankan bahwa hal itu merupakan konsekuensi logis dari upaya The Fed untuk menekan posisi inflasi.
"(Kondisi) Itu (terjadinya resesi) sama sekali bukan hasil yang kami inginkan, tapi tentu itu sebuah kemungkinan (yang bisa terjadi)," ujar Powell.
Aksi pamer ‘otot’ ala Powell atau, meminjam istilah seorang investor, Powell Power, pun tampaknya belum berakhir. Ini terlihat dari polling teranyar Reuters.
Menurut ekonom yang disurvei Reuters, selama 17-21 Juni, The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) atau 0,75% pada pertemuan Juli, diikuti 0,50% pada September.
Efek samping dari sikap agresif The Fed terlihat dari anjloknya kiblat bursa saham global, Wall Street.
Dow Jones Index anjlok 15,19% secara ytd, S&P 500 ambles 20,38% atau memasuki bear market. Maksud dari istilah bear market adalah turunnya indeks, dalam hal ini S&P 500, hingga 20% dari level tertinggi teranyarnya.
Bursa saham Asia-Pasifik pun terkena efek The Fed. Hanya Indonesia (IHSG) dan Singapura (Straits Times Index/STI) yang masih sukses menghijau. Bahkan, nama terakhir pun hanya naik tipis sejak awal tahun ini (0,68% per penutupan pasar 29 Juni).
Sementara, sisanya menjadi lautan merah. FTSE BM Malaysia anjlok 7,33%, VN-Index Vietnam ambles 18,70%, ASX 200 Australia merosot 11,59%, Hang Seng Index (Hong Kong) terjungkal 5,99%
Kemudian, Nikkei 225 (Jepang), KOSPI (Korea Selatan), dan Sanghai Composite Index (China) masing-masing terperosok hingga minus 6,90%, 20,14%, dan 7,64% sepanjang paruh pertama tahun ini.
Menghijaunya IHSG tampak mengindikasikan bahwa bursa saham domestik sejauh ini kebal terhadap goncangan global di tengah masih kuatnya fundamental ekonomi dan boom commodities (meroketnya harga batu bara dan minyak sawit/CPO yang merupakan andalan ekspor RI).
Hanya saja, jalan ke depan masih terjal. Masih ada sejumlah kemungkinan yang bisa membuat kinerja IHSG terganggu, termasuk soal The Fed yang disebutkan di atas. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.