Haryanto menjelaskan, penurunan pendapatan AKRA di semester pertama tahun ini disebabkan oleh harga jual rata-rata yang lebih rendah. Perseroan meneruskan pergerakan harga produk petroleum ke konsumen menggunakan formula berdasarkan Mean of Plats Singapore (MOPS).
“Serta harga bahan kimia dasar lebih rendah selama semester I 2023, setelah mencatat level yang tinggi selama setahun terakhir karena membaiknya pasokan,” ujar Haryanto.
Berdasarkan segmennya, pendapatan segmen perdagangan dan distribusi tercatat sebesar Rp18,47 triliun, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp21,11 triliun.
Kemudian, segmen kawasan industri mengantongi pendapatan sebesar Rp613 miliar serta segmen manufaktur dan logistik mencatatkan pendapatan sebesar Rp764 miliar.
Pada segmen kawasan industri, perseroan mencatatkan penjualan tanah kepada perusahaan besar, Hailiang, yang memulai pembangunan pabrik lembaran tembaga yang diresmikan oleh Presiden Indonesia pada kuartal ini, juga pendapatan sewa untuk smelter tembaga yang sedang dibangun di JIIPE.
“Rencana pemerintah yang berkaitan dengan hilirisasi dan manufaktur serta meningkatnya pengembangan investasi asing langsung (FDI) di Indonesia telah menjadi sumber pertumbuhan baru bagi Indonesia dan juga AKRA,” ujar Haryanto.