Sementara itu, MDKA mencatatkan EBITDA sebesar USD44 juta, lebih rendah dari tahun sebelumnya terutama disebabkan oleh klaim asuransi sebesar USD42 juta pada periode kuartal I 2022, penjualan BSI dan Wetar yang lebih rendah, serta kenaikan beban pokok pendapatan sebagai dampak dari biaya produksi NPI akibat harga bijih nikel, biaya peleburan dan biaya penggunaan daya yang lebih tinggi.
Lebih lanjut, untuk mewujudkan visinya sebagai pemimpin global dalam industri pertambangan dan logam Indonesia, per 31 Desember 2022, grup MDKA memiliki portofolio aset sumber daya mineral dengan cadangan sebesar 35,2 juta ons emas, 8,4 juta ton tembaga, 79 juta ons perak, 13,8 juta ton nikel, dan 1 juta ton kobalt.
“Kami yakin MDKA memiliki ruang pertumbuhan yang besar dalam meningkatkan kinerja keuangan,” ujar Albert.
Ke depan, grup MDKA akan terus berfokus untuk memperkuat fundamental bisnis melalui inovasi, optimalisasi peluang investasi, dan penguatan anak usaha yang terus memberikan kontribusi maksimal terhadap kinerja grup.
(DES)