Yurizki mengatakan, penguatan kinerja bisnis PGEO menandakan bahwa panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang memiliki peran strategis dalam usaha pemerintah Indonesia mendorong transisi energi.
Meski tantangan geopolitik dan ekonomi global memengaruhi aspek pendanaan proyek dan biaya operasional, kata Yurizki, perseroan tetap mencatatkan kinerja operasional yang solid.
Produksi energi pada kuartal ini tercatat melebihi proyeksi awal, yang turut mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan.
“Net profit perusahaan masih tetap sehat, dan EBITDA margin kami terjaga di atas 80%, mencerminkan efisiensi dan profitabilitas dalam mengelola aset dan operasional,” katanya.
Selain itu, optimisme terhadap pencapaian target 1 gigawatt (GW) kapasitas terpasang PGEO yang dikelola mandiri didukung oleh sejumlah proyek kunci yang tengah digarap, di antaranya pengembangan Hululais Unit 1 & 2 (110 megawatt/MW), proyek-proyek cogeneration dengan total kapasitas 230 MW.