"Dari data tersebut, kami optimistis tren kinerja bakal terus membaik, apalagi jika rencana investasi besar proyek hilirisasi dapat terwujud," ujar Hendra.
Sebagaimana diketahui, INCO saat ini sedang membangun proyek besar terkait hilirisasi yang ditarget tuntas pengerjaannya pada 2025-2026. Proyek tersebut merupakan pembangunan smelter HPAL di Pomalaa (Sulawesi Tenggara) dan Morowali (Sulawesi Tengah), serta smelter RKEF di Sorowako (Sulawesi Selatan).
Namun demikian, Hendra juga menyatakan bahwa program hilirisasi ini bakal dapat berjalan optimal jika didukung dengan beragam kebijakan dari pemerintah, yang diharapkan dapat membantu pelaku industri dalam meminimalkan beban biaya operasional.
Sebagai pelaku usaha, Hendra mengatakan, pihaknya dan perusahaan pertambangan lain telah memenuhi kewajiban Peningkatan Nilai Tambah (PNT) melalui pengolahan dan pemurnian di dalam negeri. Hal ini, juga sudah sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
"Namun kalau kita berbicara mengenai hilirisasi secara umum, maka masih terdapat rantai pasok industri nikel yang belum tersedia. Oleh karena itu sebagian besar produk hasil pengolahan pemurnian dalam negeri di ekspor. Ini yang harus diatasi," ujar Hendra..