IDXChannel - Dolar memulai minggu perdagangan terakhir di April dengan langkah mundur. Investor tengah menunggu (wait and see) pertemuan bank sentral pada Mei untuk mendapatkan petunjuk terkait kapan kampanye pengetatan kebijakan moneter global paling curam dalam beberapa tahun terakhir akan berhenti.
Data ekonomi terbaru menunjukkan aktivitas bisnis Amerika Serikat (AS) dan zona Euro yang menggeliat pada April, namun inflasi yang tetap tinggi membuat para investor memperdebatkan skala penurunan suku bunga diharapkan terjadi pada awal Juli hingga akhir tahun.
"Sektor jasa, baik di Eropa maupun AS nampaknya cukup tangguh, namun indikator terkait inflasi tidak memberikan alasan yang cukup untuk kenyamanan saat ini," kata Kepala strategi FX di National Australia Bank, Ray Attrill dilansir Reuters, Senin (24/4/2024)
Pikiran investor sepenuhnya tertuju pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral AS Federal Reserves (The Fed) yang diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis point (bps), meskipun fokusnya adalah pada panduan untuk jalur suku bunga di masa depan.
Dolar AS turun terhadap sebagian besar mata uang utama di awal perdagangan Asia, dengan Euro dan Poundsterling masing-masing naik 0,05% menjadi USD1,0994 dan 0,02% menjadi USD1,2447.
Pasar juga mengharapkan bank sentral Eropa, yakni European Central Bank yang juga akan melakukan pertemuan pekan depan, untuk menaikkan suku bunga seperempat poin dengan beberapa kemungkinan kenaikan terjadi pada tingkat 50 bps.
Presiden ECB, Christine Lagarde mengatakan minggu lalu, inflasi di zona Euro tetap terlalu tinggi dan kebijakan moneter ECB masih harus ditempuh untuk mengembalikan inflasi menuju tujuan 2%.
Di sisi lain, New Zealand Dollar naik 0,07% menjadi USD0,6143, sementara indeks dolar AS tergelincir 0,02% menjadi 101,66.
Indeks tersebut mengincar kerugian bulanan mendekati 0,9%, setelah turun lebih dari 2% di Maret.
Sementara itu, mata uang Yen terakhir diperdagangkan 0,1% lebih tinggi pada USD133,98. Di Asia, pertemuan kebijakan Bank of Japan minggu ini menjadi pusat perhatian, karena menandai pertemuan pertama yang diketuai oleh Gubernur BOJ baru, Kazuo Ueda.
Ueda secara luas diharapkan untuk mempertahankan kebijakan ultra-easy BOJ saat ini pada pertemuan tersebut, setelah meyakinkan pasar sejak menggantikan Haruhiko Kuroda awal bulan ini bahwa setiap perubahan kebijakan tidak akan terjadi dengan cepat.
"Tetapi sebelum itu, penilaian kebijakan kemungkinan belum berkomitmen pada keputusan apa pun, dan itu pertemuan April mungkin terlalu dini untuk melakukan perubahan kebijakan apa pun." pungkas ahli strategi mata uang OCBC, Christopher Wong.
(FAY)