Bangladesh menutup pembangkit listrik utama pada Senin (5/6/2023) karena penundaan impor batu bara. Hal ini disebabkan karena khambatan cadangan devisa di negara tersebut.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Payra dengan kapasitas 1.320 megawatt listrik, telah ditutup karena kekurangan bahan bakar berupa batu bara.
Direktur proyek pembangkit listrik tersebut, Shah Golam Mowla mengatakan, pengiriman sekitar 37 ribu ton batu bara dijadwalkan tiba pada 25 Juni.
Dia menambahkan, bank sentral telah memberikan dukungan sebesar 100 juta dolar AS untuk impor batu bara.
Secara keseluruhan, pembangkit berbahan bakar batu bara Bangladesh naik 52,5% sepanjang tahun ini menjadi 1,29 GW di bulan April, menurut data operator jaringan PGCB.
Ini berarti pembakaran batu bara terjadi sebesar 413.000 ton, dengan asumsi kualitas rata-rata 5.000 kkal/kg. Bangladesh biasanya mengkonsumsi batubara termal 5.000 kkal/kg.
Output listrik keseluruhan Bangladesh mencapai 10,7 GW di bulan April, dengan kontribusi batu bara mencapai 12,1% atau naik dari 7% setahun sebelumnya.
Menurut data dari S&P Global Commodities, Bangladesh mengimpor 7,5 juta ton batu bara sepanjang 2022, dimana 6,6 juta di antaranya berasal dari Indonesia.
Tak hanya dari Indonesia, Bangladesh juga biasa menggunakan batu bara dari India.
Laporan S&P Global mengatakan, India saat ini mengekspor sekitar 1 juta-2 juta mt batubara setiap tahun ke negara tetangganya Bangladesh dan Nepal. (ADF)