sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga CPO Merosot, Kekhawatiran Harga Tinggi Tekan Permintaan

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
25/08/2025 16:10 WIB
Harga minyak sawit mentah (CPO) melemah pada Senin (25/8/2025), di tengah kekhawatiran bahwa harga tinggi belakangan ini dapat menekan permintaan ke depan.
Harga CPO Merosot, Kekhawatiran Harga Tinggi Tekan Permintaan. (Foto: Freepik)
Harga CPO Merosot, Kekhawatiran Harga Tinggi Tekan Permintaan. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (CPO) melemah pada Senin (25/8/2025), di tengah kekhawatiran bahwa harga tinggi belakangan ini dapat menekan permintaan ke depan.

Kontrak acuan CPO untuk pengiriman November di Bursa Malaysia Derivatives turun 0,97 persen, menjadi MYR4.487 per ton pada pukul 16.44 WIB. Sebelumnya, kontrak ini naik 1,55 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.

Harga futures minyak sawit mentah bergerak turun, mengoreksi sebagian kenaikan pekan lalu. “Harga yang terlalu tinggi berpotensi menekan permintaan ke depan,” ujar trader di Iceberg X Sdn Bhd, Kuala Lumpur, David Ng, dikutip Reuters.

Ia menambahkan, spread yang makin menyempit antara minyak kedelai dan minyak sawit membuat sawit menjadi kurang kompetitif. “Kami melihat level support di MYR4.450 dan resistance di MYR4.600,” katanya.

Di bursa Dalian, kontrak minyak kedelai teraktif naik 0,66 persen, sementara kontrak minyak sawit bertambah 0,5 persen. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) turun 0,45 persen. Minyak sawit cenderung mengikuti pergerakan harga minyak nabati lain karena bersaing di pasar global.

Sementara itu, lembaga survei kargo diperkirakan merilis estimasi ekspor periode 1–25 Agustus pada hari ini.

Harga minyak dunia naik tipis setelah Ukraina meningkatkan serangan terhadap Rusia, memicu kekhawatiran potensi gangguan pasokan minyak Rusia. Ekspektasi penurunan suku bunga AS juga mendukung prospek pertumbuhan global dan permintaan energi.

Harga minyak mentah yang lebih tinggi membuat minyak sawit lebih menarik sebagai bahan baku biodiesel.

Mata uang ringgit, yang menjadi alat perdagangan minyak sawit, menguat 0,66 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini membuat harga sawit lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing.

Di sisi lain, Kementerian Perdagangan Indonesia mendesak Uni Eropa segera mencabut bea masuk imbalan (countervailing duties) atas impor biodiesel.

Desakan ini muncul setelah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memenangkan Indonesia dalam sejumlah poin utama dalam gugatan terhadap kebijakan Uni Eropa tersebut. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement