sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga CPO Turun Lebih dari 1 Persen, Tertekan Kenaikan Produksi dan Stok

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
04/08/2025 16:15 WIB
Harga minyak sawit mentah (CPO) melemah pada perdagangan Senin (4/8/2025), terseret kekhawatiran atas peningkatan stok dan produksi.
Harga CPO Turun Lebih dari 1 Persen, Tertekan Kenaikan Produksi dan Stok. (Foto: Freepik)
Harga CPO Turun Lebih dari 1 Persen, Tertekan Kenaikan Produksi dan Stok. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (CPO) melemah pada perdagangan Senin (4/8/2025), terseret kekhawatiran atas peningkatan stok dan produksi, serta tekanan dari pelemahan harga minyak nabati di Dalian.

Kontrak acuan (futures) CPO untuk pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives turun 1,55 persen menjadi MYR4.179 per ton hingga pukul 15.50 WIB. Sebelumnya, kontrak ini sempat naik 0,35 persen pada Jumat pekan lalu.

Trader proprietary di firma dagang Iceberg X Sdn Bhd yang berbasis di Kuala Lumpur, David Ng, mengatakan, harga CPO melemah seiring meningkatnya stok dan produksi dalam negeri.

“Harga Dalian yang lemah selama sesi Asia juga ikut memperkuat sentimen negatif. Kami melihat level support di MYR4.180 dan resistance di MYR4.300,” ujarnya.

Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) diperkirakan merilis data bulanan pasokan dan permintaan pada 11 Agustus. Sementara itu, jajak pendapat Reuters mengenai stok, produksi, dan ekspor minyak sawit diproyeksikan dirilis hari ini.

Di pasar Dalian, kontrak minyak kedelai paling aktif naik 0,34 persen, sementara kontrak minyak sawit turun 0,85 persen. Di Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai naik 0,45 persen.

CPO cenderung mengikuti pergerakan harga minyak nabati pesaing karena bersaing dalam pasar minyak nabati global.

Harga minyak mentah juga melanjutkan pelemahannya setelah OPEC+ menyepakati peningkatan produksi besar pada September. Kekhawatiran atas perlambatan ekonomi AS—pengguna minyak terbesar dunia—ikut menekan harga lebih lanjut.

Pelemahan harga minyak mentah membuat minyak sawit menjadi bahan baku biodiesel yang kurang menarik secara ekonomi.

Di sisi lain, penguatan ringgit sebesar 0,96 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut membebani harga sawit, karena membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang asing.

Sementara itu, keberadaan pohon sawit tua dan petani yang menua turut memburuknya prospek ekspor dari negara produsen utama. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement