IDXChannel - Harga emas mencatat kenaikan 1,04 persen sepanjang pekan lalu, didorong sentimen rencana Gedung Putih mengeluarkan perintah eksekutif terkait tarif emas batangan.
Pernyataan dari pejabat Gedung Putih mengenai rencana perintah eksekutif ini muncul setelah situs Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS memuat putusan yang mengindikasikan kemungkinan Washington akan memberlakukan tarif impor khusus negara terhadap emas batangan yang paling banyak diperdagangkan di AS.
Kontrak berjangka (futures) emas AS untuk pengiriman Desember tercatat stabil di USD3.454,1 per troy ons, setelah sempat menyentuh rekor USD3.534,10 di awal sesi Jumat (8/8) pekan lalu. Sementara, emas spot naik tipis 0,04 persen ke level USD3.397,76 per troy ons.
Survei mingguan Kitco News menunjukkan para pakar industri kembali optimistis terhadap emas, seiring investor ritel mempertahankan pandangan bullish untuk prospek jangka pendek logam mulia ini.
“Harga emas diprediksi naik,” ujar Senior Market Analyst Barchart.com, Darin Newsom.
Dia menambahkan, “Semakin banyak hal berubah, semakin sama saja hasilnya. Kamis sore ada pengumuman dari pemerintah AS bahwa emas batangan bisa dikenakan tarif. Tentu saja. Jika kebijakan perdagangan hanya satu kata, kenapa tidak?”
“Tidak berubah,” kata Presiden dan COO Asset Strategies International, Rich Checkan.
“Butuh waktu bagi kabar tarif emas batangan dari Swiss ini terserap pasar. Pekan ini menanti kejelasan atau perubahan sikap lagi dari Presiden Trump,” katanya.
Sementara, Head of Commodity Strategy Saxo Bank, Ole Hansen, menambahkan sinyal breakout emas akan datang dari pasar spot, dan itu belum terjadi.
Dari 10 analis yang ikut Survei Emas Kitco News, enam orang atau 60 persen memperkirakan harga emas naik pekan ini, satu orang (10 persen) melihat penurunan, dan tiga orang (30 persen) memproyeksi harga bergerak sideways.
Sementara itu, dari 188 suara dalam jajak pendapat online Kitco, 129 investor ritel (69 persen) memperkirakan harga emas naik pekan ini, 23 orang (12 persen) memprediksi penurunan, dan 36 orang (19 persen) melihat harga cenderung konsolidasi.
Pekan ini, pasar akan dipenuhi data ekonomi penting, mulai dari inflasi hingga kesehatan sektor konsumen. Selasa pagi, Reserve Bank of Australia diperkirakan memangkas suku bunga 25 basis poin, dari 3,85 persen menjadi 3,60 persen.
Selanjutnya, fokus beralih ke rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) AS untuk Juli, yang diperkirakan naik menjadi 0,3 persen dari 0,2 persen di Juni. Rabu relatif sepi data, hanya ada komentar pejabat The Fed Goolsbee dan Bostic.
Kamis, AS merilis Indeks Harga Produsen (PPI) yang diperkirakan naik 0,2 persen setelah datar di Juni, serta klaim pengangguran mingguan.
Pekan ini akan ditutup dengan data penjualan ritel AS untuk Juli yang diperkirakan turun dari 0,6 persen menjadi 0,5 persen, penjualan ritel inti diproyeksi melambat ke 0,3 persen dari 0,6 persen. Selanjutnya, survei awal Sentimen Konsumen Universitas Michigan untuk Agustus akan memberi gambaran ekspektasi konsumen ke depan. (Aldo Fernando)