Melansir dari Kitco, dalam survei harga emas pekan ini, 17 analis pasar berpartisipasi, dan tak satu pun yang memberikan pandangan bearish.
“Jelas bahwa pasar tenaga kerja di AS jauh dari kondisi ‘solid’ seperti yang diklaim Ketua The Fed Jerome Powell, dan data pekerjaan pemerintah hari ini menjadi ilustrasi lain dari hal tersebut,” ujar Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day.
Di luar data ekonomi yang mengecewakan, sejumlah analis tetap optimistis terhadap emas karena logam mulia ini terus menjadi aset lindung nilai yang menarik dan instrumen moneter global yang penting, terutama di tengah kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
Meski kesepakatan dagang dengan Jepang dan Eropa yang dicapai pekan lalu—yang akan menaikkan tarif impor sebesar 15 persen—memberi sedikit kepastian bagi perdagangan global, negara-negara seperti Kanada yang belum menyepakati perjanjian dagang kini menghadapi tarif sebesar 35 persen mulai awal Agustus.
Sementara itu, impor dari India akan dikenakan kenaikan tarif sebesar 25 persen, ekspor dari Taiwan sebesar 20 persen, produk Afrika Selatan 30 persen, dan dari Swiss 39 persen, hanya untuk menyebut beberapa contoh. (Aldo Fernando)