IDXChannel - Harga emas melonjak lebih dari 2 persen dan menembus USD3.362 per ons pada Jumat (1/8/2025) pekan lalu.
Sentimen penggerak utama datang dari laporan ketenagakerjaan AS terbaru yang menambah bukti melemahnya pasar tenaga kerja dan memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada September.
Mengutip Trading Economics, ekonomi AS hanya menambah 73.000 lapangan kerja pada Juli, jauh di bawah proyeksi analis yang memperkirakan 100.000, sementara tingkat pengangguran naik menjadi 4,2 persen dari 4,1 persen pada Juni.
Sebagai respons atas data tersebut, pasar kini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada September sebesar 75 persen, melonjak dari 45 persen sebelum laporan dirilis.
Data ini muncul setelah rilis angka inflasi PCE pada Kamis yang ternyata lebih tinggi dari perkiraan, menyoroti tekanan harga yang masih bertahan dan membuat prospek kebijakan The Fed semakin kompleks.
Melansir dari Kitco, dalam survei harga emas pekan ini, 17 analis pasar berpartisipasi, dan tak satu pun yang memberikan pandangan bearish.
“Jelas bahwa pasar tenaga kerja di AS jauh dari kondisi ‘solid’ seperti yang diklaim Ketua The Fed Jerome Powell, dan data pekerjaan pemerintah hari ini menjadi ilustrasi lain dari hal tersebut,” ujar Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day.
Di luar data ekonomi yang mengecewakan, sejumlah analis tetap optimistis terhadap emas karena logam mulia ini terus menjadi aset lindung nilai yang menarik dan instrumen moneter global yang penting, terutama di tengah kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
Meski kesepakatan dagang dengan Jepang dan Eropa yang dicapai pekan lalu—yang akan menaikkan tarif impor sebesar 15 persen—memberi sedikit kepastian bagi perdagangan global, negara-negara seperti Kanada yang belum menyepakati perjanjian dagang kini menghadapi tarif sebesar 35 persen mulai awal Agustus.
Sementara itu, impor dari India akan dikenakan kenaikan tarif sebesar 25 persen, ekspor dari Taiwan sebesar 20 persen, produk Afrika Selatan 30 persen, dan dari Swiss 39 persen, hanya untuk menyebut beberapa contoh. (Aldo Fernando)