Meski mengalami penurunan, harga emas masih diperdagangkan mendekati rekor tertinggi 26 September di USD2.694,90 per troy ons, karena ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed memberikan dukungan dengan mengurangi biaya kepemilikan emas.
Mengutip Trading Economics, Selasa (8/10), investor juga menunggu data penting pekan ini, seperti Consumer Price Index (CPI), yang mengukur inflasi dari perspektif konsumen, dan Producer Price Index (PPI), yang melihat inflasi dari sisi produsen, serta risalah FOMC dan pidato pejabat Fed untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter.
Di tengah penurunan ini, daya tarik emas sebagai aset safe-haven tetap kuat karena ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, di mana Israel diperkirakan akan membalas serangan misil Iran pada 1 Oktober dengan serangan ke negara Teluk Persia itu.
Sementara itu, bank sentral China (PBOC) tidak membeli emas untuk cadangannya selama lima bulan berturut-turut pada September.
Analis StoneX Group Fawad Razaqzada menyebutkan, dikutip Kitco, Selasa (8/10), koreksi harga emas semakin mungkin terjadi karena dolar AS yang menguat dan emas berada pada level overbought (jenuh beli).