Sepanjang 2025, emas telah mencetak berbagai rekor tertinggi, didorong kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, pembelian agresif oleh bank sentral, ketegangan geopolitik, serta aliran dana yang meningkat ke reksa dana berbasis emas.
Sementara itu, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS, pada Selasa, indeks harga konsumen (CPI) AS naik 0,2 persen pada bulan lalu. Para ekonom yang disurvei Reuters sebelumnya memperkirakan CPI naik 0,3 persen.
“Laporan ini sedikit menguntungkan pasar logam mulia karena tidak menunjukkan tekanan inflasi yang akan membuat Federal Reserve menunda pemangkasan suku bunga,” kata Analis Senior Kitco Metals Jim Wyckoff dalam catatannya.
Pasar keuangan memperkirakan bank sentral melanjutkan pelonggaran kebijakan pada September mendatang. Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.
“Meski ketegangan antara AS dan China mulai mereda, masih ada pertanyaan soal keberlanjutan kesepakatan tersebut. Hal ini bisa membuat emas tetap menarik sebagai aset lindung nilai,” kata analis Pepperstone, Quasar Elizundia, dikutip Dow Jones Newswires.