IDXChannel - Harga emas di pasar spot balik arah alias rebound ke level di atas USD2.325 per troy ons pada Kamis (27/6) setelah menguji level terendah dalam hampir tiga bulan di awal sesi.
Pada sesi Jumat (28/6), harga emas dibuka turun 0,3 persen di level USD2.320 per troy ons pada pukul 08.46 WIB.
Pada sesi sebelumnya, harga emas di pasar spot ditutup menguat 1,3 persen di level USD2.327 per troy ons.
Ini karena pasar mencerna sejumlah data penting untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) tahun ini.
Emas sebelumnya berada pada level terendah dalam dua minggu, terbebani oleh penguatan dolar dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.
Di sesi Rabu (25/6), harga emas juga ditutup terkoreksi 0,89 persen di level USD2.298,47 per troy ons.
Di sesi Selasa (25/6), harga emas juga ditutup terdepresiasi 0,6 persen di level USD2.319 per troy ons.
Di pekan sebelumnya, harga emas di pasar spot ditutup turun 1,65 persen di level USD2.322 per troy ons pada perdagangan Jumat (21/6).
AS juga melaporkan klaim pengangguran yang terus meningkat mencapai level tertinggi sejak akhir 2021. Ini memberikan peringatan bahwa pasar tenaga kerja AS melemah akibat ketatnya pemulihan pasca pandemi.
Hasil ini konsisten dengan konsensus pasar bahwa The Fed akan memulai siklus pemotongan suku bunga pada pertemuan September sebelum melakukan penurunan suku bunga kedua, sehingga mengurangi opportunity cost dari kepemilikan aset-aset emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Perekonomian AS juga dilaporkan tumbuh sebesar 1,4 persen secara tahunan pada kuartal pertama 2024, sedikit lebih tinggi dari perkiraan kedua sebesar 1,3 persen, namun tetap menunjukkan pertumbuhan terendah sejak kontraksi pada paruh pertama 2022.
Investasi non-perumahan direvisi lebih tinggi (4,4 persen vs 3,3 persen pada estimasi kedua).
Selain itu, investasi residensial melonjak lebih dari perkiraan awal (16 persen vs 15,4 persen). Ekspor meningkat lebih cepat (1,6 persen vs 1,2 persen) dan impor direvisi lebih rendah (6,1 persen vs 7,7 persen) sementara belanja pemerintah direvisi naik (1,8 persen vs 1,3 persen).
Pada saat yang sama, persediaan swasta memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap pertumbuhan.
Di sisi lain, belanja konsumen melambat lebih dari perkiraan awal (1,5 persen vs 2 persen pada estimasi kedua), karena konsumsi barang (-2,3 persen vs -1,9 persen) dan jasa (3,3 persen vs 3,9 persen).
Prospek penurunan suku bunga di negara lain juga mendukung logam mulia, dengan BoE diperkirakan akan melakukan penurunan suku bunga setelah pemilu Inggris bulan depan.
Sementara PBoC di China diperkirakan akan melakukan penurunan suku bunga lebih banyak sebagai upaya stimulus ekonomi. (ADF)