"Harga minyak mentah berada di bawah tekanan karena kekhawatiran pengetatan bank sentral yang agresif mendorong kekhawatiran akan melemahnya ekonomi global," kata Analis OANDA, Edward Moya, dilansir Reuters, Selasa (20/9/2022).
Di tengah panasnya harga, stok minyak mentah AS diperkirakan meningkat pada pekan terakhir ini. Jajak pendapat Reuters memproyeksikan, ada kenaikan 2 juta barel hingga 16 September 2022. Lonjakan ini merupakan susulan atas kebijakan pelepasan cadangan minyak strategis.
Katalis penggerak harga minyak juga datang dari kelanjutan bahasan seputar kesepakatan nuklir Iran. Kebuntuan atas hal itu dinilai dapat membuat potensi masuknya minyak Iran ke pasar semakin tertunda, yang pada akhirnya mendongkrak harga di pasaran seiring pasokan yang ketat. (FAY)