sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Dunia Rebound Usai Isu Resesi AS Mereda

Market news editor Febrina Ratna
08/05/2023 10:52 WIB
Harga minyak akhirnya berbalik menguat atau rebound pada Senin (8/5/2023) setelah terpuruk selama tiga minggu berturut-turut.
Harga Minyak Dunia Rebound Usai Isu Resesi AS Mereda. (Foto: MNC Media)
Harga Minyak Dunia Rebound Usai Isu Resesi AS Mereda. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak akhirnya berbalik menguat pada Senin (8/5/2023) setelah terpuruk selama tiga minggu berturut-turut. Kenaikan harga komoditas itu terjadi karena kekhawatiran terhadap resesi Amerika Serikat (AS) mereda.

Meski begitu, pelaku pasar masih berhati-hati sehingga kenaikan harga minyak tak terlalu besar. Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka naik 11 sen, atau 0,2%, menjadi USD75,41 per barel pada 02.52 GMT atau 09.52 WIB. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 12 sen, juga 0,2%, menjadi USD71,46.

Berdasarkan data Bloomberg pada 10.19 WIB, harga Brent naik 11 sen atau0,15% menjadi USD75.41 per barel. Harga minyak jenis WTI juga naik 11 sen atau 0,15% menjadi USD71,45 per barel.

"Rebound minyak mengikuti kembalinya saham-saham energi di Wall Street Jumat lalu setelah AS melaporkan data pekerjaan yang kuat, yang meredakan kekhawatiran tentang resesi ekonomi yang akan segera terjadi yang menyebabkan aksi jual di awal pekan," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

Sebelumnya, kekhawatiran krisis perbankan AS akan memperlambat ekonomi dan melemahkan permintaan bahan bakar di negara konsumen minyak terbesar di dunia mendorong benchmark Brent turun 5,3% minggu lalu, sementara WTI anjlok 7,1%.

Namun laporan pekerjaan AS yang sehat untuk bulan April, dolar yang lebih lemah, dan ekspektasi pemotongan pasokan pada pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu berikutnya, bersama-sama disebut OPEC+, pada bulan Juni, membantu tolok ukur rebound masing-masing sekitar 4% pada hari Jumat. .

"Harga minyak mentah mencoba untuk stabil karena pedagang energi menunggu untuk melihat apakah OPEC+ mungkin harus memberi sinyal bahwa mereka bersedia mengurangi produksi lebih jauh," kata Edward Moya, seorang analis di OANDA.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement