sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Jatuh 1,5 Persen Imbas Ketegangan Dagang dan Peringatan IEA

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
15/10/2025 07:17 WIB
Harga minyak dunia turun pada Selasa (14/10/2025), setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan potensi kelebihan pasokan besar pada 2026.
Harga Minyak Jatuh 1,5 Persen Imbas Ketegangan Dagang dan Peringatan IEA. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Jatuh 1,5 Persen Imbas Ketegangan Dagang dan Peringatan IEA. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak dunia turun pada Selasa (14/10/2025), setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan potensi kelebihan pasokan besar pada 2026 dan ketegangan dagang Amerika Serikat (AS)-China masih membayangi.

Kontrak berjangka (futures) Brent merosot 1,5 persen, menjadi USD62,39 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS terkoreksi 1,3 persen ke USD58,70 per barel. Kedua kontrak tersebut kini berada di posisi terendah dalam lima bulan terakhir.

Sehari sebelumnya, Brent ditutup naik 0,9 persen dan WTI menguat 1 persen.

IEA memproyeksikan pasar minyak global akan menghadapi surplus lebih besar lagi tahun depan, mencapai sekitar 4 juta barel per hari. Kondisi ini terjadi karena produsen OPEC+ dan negara pesaing meningkatkan produksi, sementara permintaan masih lesu.

Laporan bulanan OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, yang dirilis Senin, menunjukkan pandangan yang tidak seburuk IEA. OPEC memperkirakan defisit pasokan minyak menyempit pada 2026 seiring aliansi OPEC+ melanjutkan rencana peningkatan produksi.

Meski demikian, para eksekutif perusahaan minyak besar dan trading house global memperkirakan pasar minyak mengetat dalam jangka menengah hingga panjang, setelah melewati tekanan jangka pendek.

“Ketegangan terbaru antara AS dan China juga menjadi titik tekan bagi harga minyak mentah karena perekonomian China bisa terdampak jika tensi tetap tinggi,” ujar Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial Dennis Kissler, dikutip Reuters.

Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan suasana pasar cenderung menghindari risiko, seiring ketegangan dagang menekan sentimen dan laporan IEA yang bernada bearish.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan pada Senin bahwa Presiden Donald Trump tetap berkomitmen untuk bertemu Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan bulan ini. Washington dan Beijing berupaya meredakan ketegangan terkait ancaman tarif dan pengendalian ekspor.

Namun, pekan lalu China memperluas kontrol ekspor atas logam tanah jarang, sementara Trump mengancam akan memberlakukan tarif 100 persen dan pembatasan ekspor perangkat lunak mulai 1 November.

Pada Selasa, Beijing juga mengumumkan sanksi terhadap lima anak usaha yang terafiliasi dengan galangan kapal Korea Selatan Hanwha Ocean. Di sisi lain, AS dan China akan mulai menerapkan biaya tambahan di pelabuhan untuk perusahaan pelayaran internasional.

Selisih harga kontrak Brent enam bulan diperdagangkan pada premi terkecil sejak awal Mei, sementara selisih WTI menyempit ke level terendah sejak Januari 2024.

Penyempitan backwardation—kondisi saat harga pengiriman segera lebih tinggi daripada harga pengiriman jangka panjang—mengindikasikan pelaku pasar memperoleh keuntungan yang lebih kecil dari penjualan minyak di pasar spot karena pasokan jangka pendek dipandang cukup melimpah. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement