Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada Rabu (22/9/2022). Langkah hawkish The Fed diikuti bank sentral di seluruh dunia, meningkatkan risiko perlambatan ekonomi.
"Harga minyak turun karena kekhawatiran pertumbuhan global mencapai mode panik mengingat komitmen bank-bank sentral untuk memerangi inflasi. Tampaknya bank sentral siap untuk tetap agresif dengan kenaikan suku bunga dan itu akan melemahkan aktivitas ekonomi dan prospek permintaan minyak mentah jangka pendek," ujar aid Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.
Sementara itu, dolar AS berada pada penutupan tertinggi terhadap sekeranjang mata uang lainnya sejak Mei 2002. Kurs dolar yang tinggi mengurangi permintaan minyak dengan membuat bahan bakar menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. (NIA)