“Penyesuaian ini mengembalikan tarif ke level sebelum Hari Pembebasan dan mencerminkan de-eskalasi yang lebih baik dari perkiraan,” ujar analis komoditas ING, Ewa Manthey, merujuk pada 2 April ketika Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangkaian tarif atas mitra dagang.
"Minyak mentah, yang belakangan tertekan oleh peningkatan produksi OPEC+, kini justru menjadi pemenang terbesar. Berita ini membantu menstabilkan prospek permintaan," kata analis Saxo Bank Ole Hansen dalam catatannya.
"Masih banyak faktor yang saling bertolak belakang di pasar," ujar John Kilduff dari Again Capital, dilansir Dow Jones Newswires.
"Tapi tanpa perang dagang dengan China, saya rasa risiko penurunan harga minyak sekitar USD5 per barel kini hilang dari pasar."
Namun, berita negatif masih mungkin muncul pekan ini seiring perjalanan Presiden Trump ke Timur Tengah. "Dia diperlakukan baik oleh negara-negara Arab yang dimintanya untuk menurunkan harga minyak, dan mereka merespons dengan rencana peningkatan produksi secara bertahap," kata Kilduff. (Aldo Fernando)