IDXChannel - Harga minyak ditutup melemah pada Kamis (12/6/2025), seiring aksi ambil untung setelah reli 4 persen pada hari sebelumnya yang dipicu kekhawatiran bahwa memburuknya ketegangan di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan.
Kontrak berjangka Brent turun 0,6 persen menjadi USD69,36 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 0,2 persen ke USD67,97 per barel.
Presiden AS Donald Trump pada Kamis mengatakan bahwa serangan Israel terhadap Iran sangat mungkin terjadi, meski ia menambahkan bahwa hal itu belum bisa disebut sebagai ancaman yang segera terjadi dan dirinya lebih memilih menghindari konflik.
Sebelumnya, mengutip dari Reuters, AS memutuskan untuk memindahkan personel dari Timur Tengah, yang mendorong harga kedua acuan minyak naik lebih dari 4 persen pada Rabu ke level tertinggi sejak awal April.
Analis energi dari StoneX, Alex Hodes, menilai, lonjakan tersebut membuat pasar berada di zona jenuh beli menurut beberapa indikator teknikal, sehingga koreksi singkat memang wajar terjadi.
Pejabat AS dan Iran dijadwalkan melangsungkan putaran keenam pembicaraan terkait program pengayaan uranium Iran di Oman pada Minggu, menurut keterangan pejabat dari kedua negara dan mediator asal Oman.
Trump telah berulang kali mengancam akan melancarkan serangan terhadap Iran jika pembicaraan nuklir gagal mencapai kesepakatan. Sementara itu, Teheran yang bersikukuh bahwa program nuklirnya bertujuan damai, menyatakan akan membalas serangan dengan menghantam pangkalan militer AS di kawasan.
Ketegangan yang meningkat membuat pelaku pasar minyak khawatir terhadap potensi gangguan pasokan. Badan maritim Inggris pada Rabu memperingatkan bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah bisa berdampak pada aktivitas militer dan pelayaran di jalur pelayaran utama.
"Bagi pasar minyak, mimpi buruk terbesar adalah jika Selat Hormuz ditutup," kata analis dari Global Risk Management, Arne Rasmussen, dalam unggahan di LinkedIn.
"Jika Iran menutup jalur sempit ini, hingga 20 persen aliran minyak dunia bisa terdampak," tuturnya.
JPMorgan memperkirakan harga minyak bisa melonjak ke USD120–USD130 per barel jika Selat Hormuz benar-benar ditutup, meskipun mereka menilai skenario itu bersifat ekstrem dan berisiko rendah.
Meski begitu, pelaku pasar minyak mulai bersikap lebih hati-hati. "Harga masih lebih tinggi dibanding dua hari lalu karena beberapa investor short memilih menunggu di tengah ketidakpastian," ujar analis UBS, Giovanni Staunovo.
Utusan khusus AS Steve Witkoff dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi di Oman pada Minggu untuk membahas tanggapan Iran atas proposal kesepakatan dari AS.
Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang beranggotakan 35 negara menyatakan Iran telah melanggar kewajibannya dalam perjanjian non-proliferasi nuklir pada Kamis — untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun — membuka kemungkinan isu ini dibawa ke Dewan Keamanan PBB. (Aldo Fernando)