sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Mentah Berpotensi Melonjak, Pasar Bersiap Hadapi Aksi Balasan Iran

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
23/06/2025 07:20 WIB
Pasar minyak global tengah bersiap menghadapi pembukaan perdagangan yang penuh gejolak pada Senin (23/6/2025) waktu Asia.
Harga Minyak Mentah Berpotensi Melonjak, Pasar Bersiap Hadapi Aksi Balasan Iran. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Mentah Berpotensi Melonjak, Pasar Bersiap Hadapi Aksi Balasan Iran. (Foto: Freepik)

Di pasar derivatif IG Weekend Markets, kontrak turunan minyak melonjak 8,8 persen setelah serangan AS.Menurut analis dari IG, Tony Sycamore, jika level ini bertahan saat pasar resmi dibuka, WTI diperkirakan dibuka di kisaran USD80 per barel.

Ketidakpastian terbesar saat ini terletak pada langkah balasan Iran. Jika Teheran memilih opsi militer atau mengganggu pelayaran di Selat Hormuz, para analis memproyeksikan harga Brent bisa menembus USD120, bahkan mencapai USD130. Infrastruktur energi dan militer AS di Irak, Arab Saudi, dan UEA juga berisiko menjadi sasaran. Potensi perang asimetris, termasuk serangan drone dan siber, memperkuat alasan investor untuk melakukan lindung nilai agresif.

Sebaliknya, jika Iran memilih jalur diplomatik, harga minyak mungkin terkoreksi. Namun hal ini sangat bergantung pada apakah serangan AS dianggap sebagai aksi tunggal dan apakah China mampu mendorong Iran menahan diri. Dalam skenario ini, Brent diperkirakan stabil di kisaran USD65–USD70, dengan premi risiko USD5–USD8 tetap melekat.

Beberapa lembaga keuangan besar menunjukkan proyeksi yang berbeda. Goldman Sachs masih mempertahankan pandangan jangka panjang yang bearish, dengan proyeksi Brent di USD59 pada kuartal IV-2025. Meski demikian, Goldman mengakui adanya peningkatan premi risiko geopolitik. Sebaliknya, JPMorgan kini menganggap skenario ekstrem terkait Selat Hormuz sebagai hal yang realistis, dengan proyeksi harga Brent di kisaran USD120–USD130 jika konflik meluas.

Sementara Citi dan Commerzbank mengambil posisi tengah. Mereka menilai lonjakan harga hanya akan bersifat sementara selama pasokan fisik belum terganggu, meski tetap melihat level USD70 sebagai batas bawah baru dalam situasi geopolitik saat ini.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement