Kontraksi demand dari China pada tahun ini merupakan pertama kalinya dalam dua dekade, karena Beijing bersikukuh terhadap kebijakan nol-Covidnya, sehingga membuat warga Negeri Tirai Bambu harus tetap berada di rumahnya meskipun saat hari libur. Tentu hal ini berimbas pada permintaan bahan bakar.
"Kekhawatiran permintaan berpusat pada dampak kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi dan kebijakan nol Covid China," tulis analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Senin (12/9/2022).
Selanjutnya, prospek suku bunga agresif juga masih membebani pasar. Bank Sentral Eropa dan Federal Reserve AS siap untuk meningkatkan suku bunga lebih lanjut untuk mengatasi inflasi. Hal ini dapat mengerek nilai dolar AS terhadap mata uang lain, dan membuat minyak lebih mahal bagi investor dengan kurs selain dolar. Harga yang tinggi akan berimbas ke permintaan.