sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Naik Hampir 2 Persen, Pasar Cermati Upaya Damai Ukraina

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
21/08/2025 07:22 WIB
Investor juga mencermati kelanjutan pembicaraan perdamaian terkait perang di Ukraina, sementara sanksi terhadap minyak Rusia masih berlaku.
Harga Minyak Naik Hampir 2 Persen, Pasar Cermati Upaya Damai Ukraina. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Naik Hampir 2 Persen, Pasar Cermati Upaya Damai Ukraina. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak naik hampir 2 persen pada Rabu (20/8/2025) setelah data menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan.

Investor juga mencermati kelanjutan pembicaraan perdamaian terkait perang di Ukraina, sementara sanksi terhadap minyak Rusia masih berlaku.

Kontrak berjangka Brent ditutup menguat 1,6 persen ke level USD66,84 per barel. Minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) meningkat 1,4 persen ke USD63,21 per barel.

Melansir dari Reuters, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan persediaan minyak mentah turun 6 juta barel pada pekan yang berakhir 15 Agustus. Angka ini jauh lebih besar dari proyeksi analis dalam survei Reuters yang memperkirakan penurunan 1,8 juta barel, maupun estimasi API yang mencatat penurunan 2,4 juta barel.

“Kami melihat penarikan persediaan yang cukup besar. Ekspor kembali meningkat, ditambah permintaan kilang yang kuat, membuat laporan ini bersifat bullish,” ujar Partner di Again Capital, John Kilduff.

Sehari sebelumnya, harga minyak turun lebih dari 1 persen dengan WTI ditutup di posisi terendah sejak 30 Mei, karena optimisme bahwa kesepakatan damai Rusia-Ukraina kian dekat.

“Pergerakan harga yang fluktuatif belakangan ini banyak dipicu oleh update harian negosiasi Rusia-Ukraina yang silih berganti berdampak bearish maupun bullish terhadap keseimbangan pasokan minyak,” kata analis dari firma penasihat energi Ritterbusch and Associates.

Presiden AS Donald Trump mengakui Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin tidak ingin membuat kesepakatan. Sebagai produsen minyak terbesar kedua dunia setelah AS pada 2024, kesepakatan yang melonggarkan sanksi Rusia berpotensi menambah pasokan minyak global.

Trump sebelumnya menegaskan tidak akan menurunkan pasukan darat ke Ukraina, tetapi membuka kemungkinan memberikan dukungan udara sebagai bagian dari perjanjian damai.

Pada hari yang sama, Rusia memperingatkan bahwa upaya menyelesaikan isu keamanan Ukraina tanpa melibatkan Moskow adalah jalan buntu.

Rusia juga memastikan tetap memasok minyak ke India meski mendapat peringatan dari AS, dan berharap segera menggelar pembicaraan tiga pihak dengan India dan China.

Trump mengumumkan tambahan tarif 25 persen terhadap barang India yang diekspor ke AS mulai 27 Agustus, sebagai sanksi atas pembelian minyak Rusia. Dua sumber perusahaan menyebutkan, Indian Oil dan Bharat Petroleum kembali membeli minyak Rusia untuk pengiriman September dan Oktober setelah diskon harga semakin lebar.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pasukannya merebut Desa Novoheorhiivka di wilayah Dnipropetrovsk, dekat Donetsk. “Kemungkinan resolusi cepat konflik dengan Rusia kini tampak semakin kecil,” kata analis komoditas senior ANZ, Daniel Hynes.

Dari sisi pasokan lain, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan belum saatnya melakukan pembicaraan nuklir yang efektif dengan Washington. Iran merupakan produsen minyak terbesar ketiga di OPEC pada 2024 setelah Arab Saudi dan Irak, sehingga kesepakatan nuklir berpotensi meningkatkan ekspor minyak Iran.

Sementara itu, ekspor minyak mentah Arab Saudi pada Juni turun ke level terendah dalam tiga bulan menurut data Joint Organizations Data Initiative (JODI).

Di Norwegia, produsen minyak dan gas terbesar kedua Eropa setelah Rusia, produksi gabungan Juli tercatat 3,9 persen di atas perkiraan resmi, menurut Norwegian Offshore Directorate (NOD). (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement