IDXChannel - Harga minyak dunia melemah pada Jumat (5/9/2025) setelah data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang lemah menurunkan prospek permintaan energi.
Di sisi lain, pasokan yang sudah meningkat berpotensi bertambah lagi usai pertemuan OPEC dan sekutunya akhir pekan ini.
Minyak mentah Brent ditutup pada USD65,50 per barel, turun 2,22 persen. Sementara West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat berakhir di USD61,87, merosot 2,54 persen.
Dalam sepekan, Brent tergerus 2,65 persen, sedangkan WTI terdepresiasi 3,33 persen.
Pada Rabu lalu, Reuters melaporkan delapan produsen OPEC+ sedang mempertimbangkan tambahan kenaikan produksi dalam pertemuan Minggu ini.
Data pekan lalu menunjukkan persediaan minyak mentah AS bertambah 2,4 juta barel, berlawanan dengan perkiraan analis yang justru menduga akan terjadi penurunan.
“Ini seperti badai sempurna,” kata analis senior Price Futures Group, Phil Flynn.
“Harga mulai turun sejak kabar OPEC muncul. Data pekerjaan juga tidak membantu, itu menandakan pasar sedang melemah,” imbuh Flynn.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan nonfarm payrolls (NFP) hanya naik 22.000 pekerjaan pada Agustus, jauh lebih rendah dari kenaikan 79.000 pada Juli (yang direvisi naik).
Padahal, ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan ada tambahan 75.000 pekerjaan. Estimasi berkisar dari nol hingga 144.000 pekerjaan. Data awal Agustus memang kerap lemah, dengan revisi berikutnya biasanya menunjukkan hasil yang lebih kuat.
Flynn menambahkan, laporan ketenagakerjaan yang buruk ini akan menambah tekanan bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga. “Data ini sinyal negatif untuk pasar,” ujar Partner di Again Capital, John Kilduff.
Menurut sumber OPEC+, kelompok produsen minyak itu kemungkinan menaikkan produksi lagi pada Minggu, tetapi tambahan mulai Oktober diperkirakan lebih kecil dibanding bulan-bulan sebelumnya karena permintaan global melambat seiring berakhirnya musim mengemudi.
Sejak April, OPEC+ telah mengakhiri strategi pemangkasan produksi dan menaikkan kuota sekitar 2,5 juta barel per hari atau setara 2,4 persen dari permintaan dunia. Langkah itu dilakukan untuk memperbesar pangsa pasar serta menghadapi tekanan dari Presiden AS Donald Trump agar harga minyak lebih rendah.
Namun, kenaikan produksi tersebut belum banyak menekan harga minyak yang bertahan di kisaran USD66 per barel, terbantu sanksi Barat terhadap Rusia dan Iran. Kondisi ini justru mendorong produsen lain seperti AS meningkatkan produksinya.
Jika ada tambahan produksi lagi, OPEC+—yang menyumbang sekitar separuh pasokan minyak dunia—akan mulai menghapus lapisan kedua dari pemangkasan sebesar 1,65 juta barel per hari, lebih dari setahun lebih cepat dari jadwal.
Pembahasan saat ini berfokus pada penghapusan pemangkasan itu secara bertahap tiap bulan. Dua sumber menyebut kelompok itu sudah sepakat secara prinsip untuk menaikkan produksi setidaknya 135.000 barel per hari mulai Oktober. Sumber ketiga menambahkan, kenaikan bisa saja mendekati 200.000–350.000 barel per hari.
Dalam pertemuan terakhir Agustus, OPEC+ menaikkan produksi sebesar 547.000 barel per hari untuk September.
OPEC+, yang terdiri atas negara anggota OPEC, Rusia, dan sekutu lainnya, akan menggelar pertemuan daring pada Minggu pukul 19.30 WIB. (Aldo Fernando)