Harga nikel sempat anjlok di bawah USD19.000 per ton, menjauh dari nilai tertinggi mencerminkan pelemahan logam non-ferrous lainnya, karena meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah mengurangi daya tariknya sebagai lindung nilai inflasi.
Menurut data terakhir, persediaan nikel di LME melonjak menjadi sekitar 80.000 ton pada awal Mei.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2023 Indonesia mengekspor nikel seberat 1,26 juta ton, melonjak 62,33 persen dibanding 2022 secara year-on-year (yoy). Dalam periode sama, nilai ekspor nikel Indonesia naik 14,75 persen yoy menjadi USD6,8 miliar.
Khusus untuk ekspor nikel Indonesia juga melonjak pada April 2024. Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan, ekspor nikel dan barang daripadanya pada Maret 2024 sebesar USD459,5 juta , sedangkan pada April 2024 mencapai USD670,1 juta.
Tren kenaikan nikel tak terbendung akhir-akhir ini imbas ketatnya permintaan terutama untuk kebutuhan pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan transisi energi.