"Dengan berubahnya peta kepemilikan, mereka bisa saja memperkuat kepemilikan saham dengan membentuk koalisi dan mempertahankan pengaruh, atau mereka bisa melakukan divestasi strategis dan membuka ruang negosiasi dengan pemegang saham baru," ujar Albert.
Menurut Albert, SSIA pantas diperebutkan karena memiliki portofolio yang strategis. Di segmen properti, perseroan memiliki kawasan industri dengan luas lebih dari 2.600 hektare (ha).
"Lokasinya strategis dekat Pelabuhan Patimban, jaringan tol Trans Jawa, Bandara Kertajati, dan rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya," katanya.
Dengan portofolio ini, aset-aset milik Surya Internusa semakin matang dan membuka peluang untuk dimonetisasi. Dia pun menghitung RNAV SSIA pada 2025 mencapai Rp3.300 per saham.
Valuasi tersebut mencakup kawasan industri (Rp9,44 triliun), properti investasi (Rp4,06 triliun), jasa konstruksi (Rp430 miliar), dan kas setelah dikurangi utang (Rp1,7 triliun).
(Rahmat Fiansyah)