IDXChannel – PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) mengumumkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap kurang lebih 300 karyawannya. Berdasarkan keterangan tertulis, Jumat (23/9), 95% dari karyawan yang terkena dampak telah menerima tawaran dari perusahaan, sementara sebagian kecil sisanya masih mempertimbangkan tawaran tersebut.
Adapun paket kompensasi yang ditawarkan kepada karyawan adalah rata-rata 37 kali upah, dan yang tertinggi mencapai 75 kali upah.
Berdasarkan pengumuman ini, pasar merespons dengan berbagai cara.
Jelang pengumuman tersebut, salah satu pemegang saham ISAT melakukan penjualan saham dengan jumlah yang cukup signifikan. Adalah PT Tiga Telekomunikasi Indonesia yang melego ISAT sebesar 196.360.000 saham, atau setara 2,44%. Transaksi tersebut terekam dalam data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 22 September 2022.
Sementara, pada Senin (26/9), harga saham ISAT di Bursa Efek Indonesia (BEI), ditutup menguat 1,70 persen ke posisi Rp7.475 per saham setelah sepat terbenam di zona merah selama perdagangan.
Sebelumnya, Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia telah resmi mengumumkan merger sejak 4 Januari 2022 lalu. Perusahaan telekomunikasi kenamaan ini beroperasi menjadi PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk.
Director & Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), M Danny Buldansyah menjelaskan pihaknya tengah melakukan integrasi jaringan. Saat ini sudah selesai lebih dari 12 ribu site dari 43 ribu. Dia mengatakan integrasi jaringan seluruhnya akan selesai sekitar akhir tahun 2022 atau kuartal I 2023 mendatang.
Pasca Merger Malah Kalah Moncer?
Saat ini terdapat empat emiten besar yang menjadi pemain utama di sektor telekomunikasi. Pertama ada emiten pelat merah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), kedua emiten yang baru merger dengan operator seluler lain, Indosat (ISAT). Selanjutnya, ada PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan terakhir, emiten dari Grup Sinarmas PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2022 yang diterbitkan masing-masing emiten, secara agregat pendapatan keempat emiten tersebut tumbuh lebih dari 10%. ISAT menjadi emiten dengan pertumbuhan pendapatan tertinggi didorong implikasi pasca merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) atau Tri Indonesia. Sayangnya, kinerja tersebut justru dibarengi dengan anjloknya laba signifikan.
Meskipun berhasil mencetak kenaikan pendapatan, laba bersih perusahaan telekomunikasi berkode warna kuning ini justru tercatat merosot. Laba periode berjalan Indosat pun turun 36,7% yoy menjadi Rp 3,57 triliun di semester I-2022 yang sebelumnya mencapai Rp 5,64 triliun. (Lihat tabel di bawah ini.)
Mengutip laporan keuangan perusahaan, pendapatan Indosat tercatat sebesar Rp 22,53 triliun di semester I-2022, melonjak 50,4% year on year (yoy). Tahun sebelumnya, pendapatan perusahaan hanya Rp 14,98 triliun.
Kenaikan pendapatan ini ditopang oleh kenaikan pada pendapatan selular yang mencapai 57,58% yoy sebesar Rp 19,54 triliun per Juni 2022. Adapun pendapatan multimedia, komunikasi data, internet (MIDI) juga naik 14,41% menjadi Rp 2,62 triliun. Pendapatan telekomunikasi tetap tercatat tumbuh 31% sebesar Rp 371,52 miliar di periode yang sama.
Meski demikian beban ISAT ternyata juga tercatat melonjak. Lonjakan ini bahkan mencapai 107,71% yoy menjadi Rp 16,43 triliun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 7,91 triliun.
Lonjakan beban ISAT terbesar tercatat terdapat pada beban penyelenggaraan jasa. Pada 2021, beban tersebut tercatat Rp 6,34 triliun menjadi Rp 10,58 triliun di Q1 2022, terkerek 66,88%.
Director & Chief of Human Resources Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Irsyad Sahroni mengungkapkan alasan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa beberapa karyawannya. Menurutnya, langkah ini perlu untuk meningkatkan kelincahan perusahaan dan percepatan pertumbuhan bisnis sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pasar saat ini.
Menurutnya, inisiatif reorganisasi sangat penting untuk keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis perusahaan ke depan. Inisiatif rightsizing ini didasarkan pada strategi bisnis ke depan dan pertimbangan yang komprehensif.
"Diharapkan dapat menjadi langkah strategis yang membawa Indosat Ooredoo Hutchison menjadi perusahaan telekomunikasi digital paling dipilih di Indonesia," ujarnya, dikutip Senin (26/9/2022)
Persaingan Sektor Telko RI
Persaingan sektor telekomunikasi di Indonesia memang terbilang sengit.
Bahana Sekuritas memberikan rating overweight sektor telekomunikasi didukung pendapatan perusahaan sektor ini yang diprediksi tumbuh sehat hingga Q3 2022.
Rating overweight berarti fundamental yang positif bagi sektor tersebut.
“Kami juga melihat ruang untuk monetisasi lebih lanjut di kuartal mendatang, didukung oleh pemulihan daya beli dan tekanan persaingan yang moderat,” mengutip laporan Bahana Sekuritas yang terbit pada 6 September 2022.
Faktor rendahnya persaingan dan pemulihan daya beli secara bertahap mendorong kinerja sektor telko masih seksi. Salah satunya dapat dilihat dari akselerasi pertumbuhan top-line Telkomsel lebih dari 3% dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,5%.
Kondisi ini juga relatif lebih terlindungi dari risiko makro seperti potensi kenaikan suku bunga dan pelemahan rupiah. Adapun kinerja PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga diprediksi memuaskan, mengingat valuasinya yang ringan dan pertumbuhan pendapatan yang menarik.
Sementara ISAT, menurut Bahana Sekuritas, mendapat penilaian hold, turun dari level buy karena penilaian dan visibilitas pendapatannya yang rendah. Sektor telekomunikasi ini berpotensi memiliki beberapa resiko karena meningkatnya persaingan, adanya kenaikan suku bunga yang lebih tinggi, dan pemulihan daya beli yang lambat.
Sementara itu, menurut riset Indo Premier Sekuritas pada 25 Agustus 2022, pangsa pasar ISAT secara keseluruhan menjadi top 3 teratas perusahaan telekomunikasi. Pangsa pasar ini meningkat pesat pasca merger yang dilakukan dengan Tri.
Limpahan pangsa pasar dari merger tetap menjadi katalis utama kinerja Indosat. Menurut Indo Premier, rating overweight untuk sektor telko dipertahankan karena penetapan harga yang kompetitif dan pangsa pasar yang menjanjikan. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.