IDX Channel - Sebagai media terbesar yang fokus terhadap informasi ekonomi, bisnis dan pasar modal, IDX Channel merasa perlu mengingatkan kepada semua pihak, untuk memperkuat perekonomian dalam negeri harus dilakukan oleh semua pihak.
Terlebih lagi pemerintah terus mengingatkan tentang pentingnya pemerataan ekonomi, yang selama ini masih banyak didominasi di Jawa dan Sumatera. Bahkan, data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi selama ini juga masih didominasi Jawa dan Sumatera.
Sementara itu, kawasan timur Indonesia, mempunyai potensi yang sangat melimpah. Dengan pengelolaan yang benar, potensi itu tentu saja akan menjadi membuat pertumbuhan ekonomi di timur Indonesia bergeliat.
Pemerintah sendiri telah menggenjot perkembangan industri manufaktur di wilayah timru Indonesia. Hal ini dilakukan tentu untuk memacu pemerataan pembangunan dan perekonomian.
Pemerintah juga mengembangkan sektor manufaktur yang berbasis sumber daya alam, untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku di dalam negeri. Karena presiden Joko Widodo menargetkan ada peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan non migas di luar Jawa, sebesar 60% jika dibandingkan di Jawa.
Di Indonesia Timur, juga mempunyai banyak kawasan industri. Diantaranya kawasan industri Morowali, Palu, Bantaeng dan Konawe. Dalam wilayah ini terdapat industri berbasis pengolahan nikel (Morowali, Bantaeng dan Konawe) dan industri berbasis olahan rotan dan agro. Dan semua kawasan industri tersebut masuk dalam proyek stategis nasional (PSN).
Sedangkan menurut kementerian Perindustrian, di kawasan industri Palu sudah ada 14 tenant, kemudian di kawasan industri Bantaeng terdapat 11 tenant, kawasan industri Morowali telah ditempati 10 tenant, dan kawasan industri Konawe sekitar 6 tenant.
Namun, presiden Joko Widodo pernah menyinggung masalah infrastruktur dan logistik masih menjadi bagian krusial yang perlu mendapat perhatian. Dibandingkan negara lain, infrastruktur Indonesia dianggap masih ketinggalan sehingga menimbulkan biaya transportasi logistik yang tinggi sekali.
Daya saing logistik Indonesia masih tertinggal di tingkat ASEAN. Berdasarkan data Bank Dunia indeks performa logistik (Logistics Performance Index/LPI) 2018 berada di level 3,15 dari skala 1-5. Semakin mendekati 5 mengindikasikan daya saing logistik suatu negara semakin baik, sebaliknya kian mendekati 1 semakin buruk.
Persoalan logistik ini, diperlukan sinergi dari semua pihak untuk mendapatkan jalan keluar. Biaya logistik yang besar serta durasi pengiriman barang yang begitu lama, menjadi keluhan tersendiri bagi para pelaku usaha. Karena itulah, Pelindo IV menginisiasi diterapakannya program direct export dan direct call, yang terbukti mampu meningkatkan kinerja ekspor di daerah Sulawesi Timur. Ekspor produk pertanian daerah Sulawesi Selatan diperkirakan terus mengalami peningkatan.
Tidak hanya pelindo IV, bea cukai juga telah memberikan fasilitas baru, untuk meningkatkan kinerja ekspor. Ditjen Bea Cukai, pernah meluncurkan Kawasan Berikat Mandiri.
Fasilitas ini diberikan untuk perusahaan-perusahaan di 119 kawasan berikat sehingga semakin memberikan kemudahan kepada para pengguna jasa perdagangan, terutama ekspor.
Fasiltas itu mulai dari pelayanan rutin atas pemasukan barang yang terdiri dari pengecekan kebenaran sarana pengangkut serta kesesuaian dan keutuhan tanda pengaman, pengecekan saat keluar barang termasuk saat ekspor dilakukan. Dengan begitu maka arus barang bisa lebih cepat dan diharapkan mendorong ekspor.
Lantas bagaimana geliat perekonomian kawasan Indonesia Timur di 2020 mendatang? Bagaimana para pihak terus meningkatkan sinergi, demi tercapainya pertumbuhan ekonomi?
Atas dasar itulah, sebagai salah satu channel televisi yang fokus pada isu ekonomi, bisnis dan capital market, IDX Channel mengundang rekan-rekan media untuk menghadiri seminar Economic Outlook “Sinergi Memperkuat Perekonomian Indonesia Timur”.
Harapannya, seminar ini bisa jadi ajang diskusi dan rujukan bagi regulator dan stake holder, agar kawasan Indonesia Timur terus memberikan dampak positif bagi perekonomian ekonomi nasional.