Di Indonesia Timur, juga mempunyai banyak kawasan industri. Diantaranya kawasan industri Morowali, Palu, Bantaeng dan Konawe. Dalam wilayah ini terdapat industri berbasis pengolahan nikel (Morowali, Bantaeng dan Konawe) dan industri berbasis olahan rotan dan agro. Dan semua kawasan industri tersebut masuk dalam proyek stategis nasional (PSN).
Sedangkan menurut kementerian Perindustrian, di kawasan industri Palu sudah ada 14 tenant, kemudian di kawasan industri Bantaeng terdapat 11 tenant, kawasan industri Morowali telah ditempati 10 tenant, dan kawasan industri Konawe sekitar 6 tenant.
Namun, presiden Joko Widodo pernah menyinggung masalah infrastruktur dan logistik masih menjadi bagian krusial yang perlu mendapat perhatian. Dibandingkan negara lain, infrastruktur Indonesia dianggap masih ketinggalan sehingga menimbulkan biaya transportasi logistik yang tinggi sekali.
Daya saing logistik Indonesia masih tertinggal di tingkat ASEAN. Berdasarkan data Bank Dunia indeks performa logistik (Logistics Performance Index/LPI) 2018 berada di level 3,15 dari skala 1-5. Semakin mendekati 5 mengindikasikan daya saing logistik suatu negara semakin baik, sebaliknya kian mendekati 1 semakin buruk.
Persoalan logistik ini, diperlukan sinergi dari semua pihak untuk mendapatkan jalan keluar. Biaya logistik yang besar serta durasi pengiriman barang yang begitu lama, menjadi keluhan tersendiri bagi para pelaku usaha. Karena itulah, Pelindo IV menginisiasi diterapakannya program direct export dan direct call, yang terbukti mampu meningkatkan kinerja ekspor di daerah Sulawesi Timur. Ekspor produk pertanian daerah Sulawesi Selatan diperkirakan terus mengalami peningkatan.